Singaraja, Koranbuleleng.com | Bencana longsor berupa material batu berukuran besar menghantam sebuah rumah milik Made Tiasa (47) warga Dusun Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan. Tidak ada korban jiwa dalam musibah itu. Namun kejadian tersebut mengakibatkan salah satu penghuni rumah mengalami luka di bagian kepala.
Informasi yang dihimpun koranbuleleng.com di lokasi, musibah itu terjadi Selasa, 20 Desember 2016 sekitar pukul 20.00 wita. Batu besar menggelinding jatuh bersamaan saat hujan lebat mengguyur kawasan itu. Batu berdiameter sekitar 7 meter dengan tinggi 2 meter tersebut menerobos rimbunan pepohonan yang berada di atas lereng bukit. Batu itu baru terhenti saat membentur tembok rumah bagian timur. Rumah permanen berukuran 6×5 meter kondisinya hancur berantakan setelah dihantam batu besar dari atas bukit.
Saat kejadian, seluruh penerangan di kawasan Desa Mengening mengalami pemadaman listrik karena ada perbaikan gardu. Tiasa bersama keluarga pun saat itu tengah tertidur. Ia tidur bersama istri, Made Masi (45) di kamar sebelah barat sedangkan Komang Riskiadi tidur di kamar sebelah timur.
Dia tak mengira jika batu besar yang berada di atas bukit jatuh menimpa rumahnya. Awalnya dikira suara petir sebab sejak pagi hingga malam sebelum kejadian kawasan itu diguyur hujan lebat disertai kilatan petir. Ia pun terbangun saat mendengar jeritan minta tolong. Dalam kegelapan samar-samar ia melihat Komang Riskiadi (18) sedang memegang kepalanya.
“Duaar, saya kira petir, suaranya sangat keras. Saya dan istri terbangun setelah mendengar teriakan minta tolong dari Komang Riskiadi, dia menderita luka lecet di kepala akibat serpihan tembok. Rumah rusak berat, tembok-tembok hancur bagian lainnya juga semua retak.” ujar Tiasa. Rabu, 21 Desember 2016.
Baru beberapa langkah, longsor susulan pun kembali terdengar. Batu berukuran lebih kecil kembali longsor dan menghantam bagian belakang rumahnya. Tersadar bahaya besar mengancam, Tiasa kemudian mengajak keluarga keluar rumah untuk menyelamatkan diri sambil berusaha mencari tempat terdekat untuk mengungsi.
“Saat berada di depan rumah tanah kembali bergetar. Batu kedua kembali menghantam rumah, saya refleks lari bersama keluarga. Saya langsung berteriak minta tolong, saat itu situasi hujan,” katanya.
Mendengar teriakan tersebut, beberapa warga yang rumahnya berdekatan langsung bergegas menuju lokasi kejadian. Sementara ini, Tiasa bersama keluarga mengungsi di rumah Kadek Budi yang masih kerabat dekatnya.
Meski tidak ada korban jiwa, kerugian material yang dialami akibat rumahnya diterjang batu besar itu tidak sedikit. Kerugian yang dialami pemilik rumah kurang lebih Rp 50 juta rupiah.
“Enggak bisa mikir saya. Tak pernah mengira jika bukit diatas rumah ini akan longsor. Namun semua selamat itu sudah sangat bersyukur. Saat ini kami sangat trauma,” katanya sambil termenung melihat rumahnya yang porak poranda akibat di hantam batu besar.
Menurut Kepala Desa Mengening, Ketut Angga Wirayuda, hujan deras yang turun beberapa hari belakangan ini membuat tanah perbukitan di kawasan Desa Mengening menjadi labil. Perbukitan curam dengan bebatuan besar ini pun menjadi rawan dan sangat berbahaya.
“Lokasi ini memang rawan akan longsor, apalagi lokasi pemukiman penduduk berada di lereng-lereng bukit,” ujarnya.
Ia pun telah menyarankan kepada keluarga Tiasa untuk sementara tidak menempati rumah tersebut sehubungan dengan cuaca yang tidak menentu seperti saat ini. Dia juga menghimbau pada para warga lainnya untuk lebih meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya bencana.
Untuk penanganan sementara pihak pemerintahan Desa Mengening dibantu pihak kepolisian dan koramil bersama warga setempat melakukan gotong royong secara bergiliran memecah bongkahan batu besar menggunakan peralatan manual seperti panyong dan hammer. Hal ini disebabkan sulitnya medan menuju lokasi bencana yang hanya bisa ditempuh dengan motor yang sudah didesain spesial.
Sementara itu, musibah longsor lainnya juga terjadi di Dusun Klod Kauh, Desa Tamblang Kecamatan Kubutambahan. Hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut sejak beberapa hari mengakibatkan bangunan tembok penyengker milik Wayan Budiyasa (52) ambruk. Selain tembok penyengker, sebuah bangunan dapur yang berada tepat di sebelah timur tembok penyengker juga ikut mengalami kerusakan.
“Kejadiannya sendiri baru diketahui Rabu, 21 Desember 2016, pagi tadi. Dilaporkan oleh Pak Suparsa, tetangga pemilik bangunan. Tembok penyengker yang ambruk sekitar empat meter dengan tinggi dua setengah meter, ” ujar I Made Wasuyuta, staf pemerintahan Desa Tamblang.
Saat kejadian rumah dalam keadaan kosong sebab pemilik rumah hampir selama dua bulan bersama keluarga bekerja di Denpasar. Musibah ini tidak mengakibatkan korban jiwa, namun meski demikian kerugian materi yang dialami oleh pemilik bangunan sekitar Rp 15 juta.
“Pihak desa sudah menghubungi pemilik rumah terkait musibah tersebut. Menurut rencana katanya pulang ke Tamblang sore ini,” ungkapnya.
Selain di dua lokasi itu, Musibah longsor lainnya juga terjadi di Desa Galungan, Kecamatan Sawan. Tebing setinggi 10 meter longsor menutup akses jalan yang menghubungkan Banjar Dinas Desa menuju Banjar Dinas Dajan Pangkung. Kejadian longsor terjadi pada Selasa 20 Desember 2016 sekitar pukul 20.00 wita.
Data yang dihimpun di lokasi, Pasca kejadian pemerintah Desa Galungan dibantu relawan tangguh bencana desa setempat langsung bergerak cepat dengan melakukan gotong royong membersihkan material longsoran berupa bebatuan dan material tanah setebal 50 centimeter menutupi akses jalan desa tersebut.
“Bersama pihak kepolisian juga koramil dan beberapa relawan dibantu masyarakat kami berusaha membersihkan gundukan lumpur yang menutup bahu jalan. Satu hari ini kami upayakan agar jalan bisa dilalui kembali,” singkat Gede Haryono, Kepala Desa Galungan.|NH|