Perusahaan Pers : PT. GEDONG GATRA MEDIA
Telepon : 0362-3301286
Kantor : Komplek Graha Asri LC8 Blok B/2, Jalan Toya Anakan, Singaraja, Buleleng, Bali
Singaraja, koranbuleleng.com| Pelaksanaan Buleleng Festival (Bulfest) Tahun 2018 berlangsung secara meriah dengan pertunjukkan seni tradisional dan seni modern, termasuk jajanan kuliner Buleleng yang mampu memanjakan lidah pengunjung. Yang special di tahun 2018 ini adalah ketika Bulfest sudah tercatat dalam Calendar Of Event Kementerian Pariwisata RI. Namun, hingga pelaksanaan ke-enam, belum pernah sekalipun Menpar hadir untuk membuka kegiatan tahunan ini.
Ya, Buleleng Festival (Bulfest) sebagai ajang tahunan ini sudah emasuki tahun ke-enam. Selama enam tahun berjalan, ada banyak pertunjukkan dan kegiatan yang dihadirkan oleh Pemkab Buleleng kepada masyarakat. Digekar dengan berbagai tema, ada banyak hal positif yang sudah dicapai dalam pelaksanaan Bulfest.
Beragam tema juga ditentukan sebagai gambaran masyarakat Buleleng atau menggambarkan Kabupaten terluas di Bali ini secara keseluruhan. Ditahun 2013 misalkan, Bulfest pertama kali digelar dengan tema “My City, My Pride”. Tema ini diusung atas dasar rasa kebanggaan terhadap Kota Singaraja yang kini sudah menginjak usia 414 ini.
Kemudian dalam pelaksanaan Bukfest tahun selanjutnya di tahun 2014, Buleleng Festival berlangsung dengan tema “The Dynamic Of Buleleng”, yang bermakna kehidupan seni dan budaya Buleleng yang dinamis. Saat itu, Bulfest yang digelar 6-10 Agustus 2014 menampilkan sekitar 1.000 penari yang membawakan Tari Nelayan yang merupakan hasil karya I Ketut Merdana.
Ditahun berikutnya tepatnya tahun 2015, Buleleng Festival mengambil tema “Gurnitaning Denbukit” dengan makna Gemuruh Mucik di Bali Utara. Digelar 4-8 Agustus 2015, Bulfest ke-tiga itu dibuka dengan penampilan 20 sekaa gong, termasuk 10 sekaa gongcang yang ada di Buleleng. Saat pembukaan itu suasana begitu gemuruh sesuai dengan tema. Karena alat music berupa Gong Kebyar dan juga Suara ketungan dibunyikan secara bersamaan.
Selanjutnya pada tahun 2016 tepatnya 2-6 Agustus 2016, Bulfest digelar untuk ke-empat kalinya dengan mengangkat tema “Masterpieces Of Buleleng” dengan makna Mahakarya Buleleng. Pembukaannya pun tidak kalah dari tahun-tahun sebelumnya, karena menampilkan parade joged masal yang melibatkan tidak kurang dari 400 orang seniman.
Dan di tahun 2017, Buleleng Festival berlangsung dengan mengangkan tema “The Power of Buleleng” yang berarti menunjukkan segala potensi yang menjadi kekuatan Kabupaten Buleleng. Berlangsung selama lima hari yakni 2 hingga 6 Agustus, pembukaan menampilkan parade Ngoncang dan Parade Baleganjur massal. Atraksi ini melibatkan kurang lebih 850 seniman, dari 10 Sekaa Ngoncang dan 20 Sekaa Baleganjur.
Ketenaran festival Seni dan Budaya terbesar di Gumi Denbukit ini kemudian mencapai puncaknya, ketika di tahun 2017, Buleleng Festival mendapatkan penghargaan Anugerah Pesona Indonesia 2017 dari Kementerian Pariwisata. Ditambah lagi, Buleleng Festival sudah tercatat sebagai salah satu Calendar Of Ivent Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI.
Namun salah satu cacatan menarik selama pelaksanaan Buleleng Festival sejak tahun 2013 hingga 2018 ini adalah, Pembukaan Buleleng Festival belum pernah sekalipun dihadiri oleh Menteri Pariwisata, termasuk di tahun 2018 ketika Bulfest sudah tercatat dalam Calendar Of Ivent Kemenpar RI. Dalam pembukaan Bulfest ke-enam tahun 2018, Menpar mengutus Staf Ahli Bidang Multikultural Kementrian Pariwisata RI, Dra. Esthy Reko Astuty untuk membuka acara tersebut.
Dinas Kebudayaan (Disbud) sebagai leading sector pelaksana Bulfest dari tahun ke tahun, selalu mengirimkan undangan kepada Menteri Pariwisata untuk hadir ke Buleleng membuka Festival seni dan budaya Bali Utara ini. Kenyataannya memang, Menpar belum pernah hadir. Disbud pun tidak pernah mendapatkan konfirmasi alasan ketidak hadiran Menteri Pariwisata RI.
“Kalau surat undangan kepada Pak Menteri (Menpar) itu pasti setiap tahun kita sampaikan. Ya walaupun beliau memang tidak hadir dan mengutus bawahannya untuk datang. Kami juga tidak pernah mendapatkan konfirmasi kenapa Pak Menteri tidak bisa hadir,” Jelas Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang.
Sebenarnya, walaupun tidak dihadiri oleh Menteri, kegiatan Buleleng Festival tetap saja akan berlangsung meriah dan semarak. Masyarakat juga akan tetap bisa menikmati suguhan hiburan ataupun segala macam kuliner, tanpa harus memikirkan apakah Menteri hadir atau tidak untuk membuka Bulfest.
Namun setidaknya, dengan kehadiran Menteri, Para Pemangku Kepentingan dalam hal ini Bupati Buleleng, berkesempatan menyampaikan secara langsung, visi dan misi pelaksanaan Bulfest. Dengan haapan, Ajang Tahunan ini akan menjadi perhatian khusus di Kemenpar, dan bisa mendapatkan kucuran dana lebih. Setidaknya, Anggaran untuk pelaksanaan Buleleng festival dalam tahun-tahun mendatang tidak terlalu membebani ABPD Kabupaten Buleleng.
Yang harus menjadi perhatian adalah, Ketika Bulfest sudah menjadi salah satu Calendar Of Event Kemenpar, eksistensi Bulfest harus tetap terjaga, karena sedikit atau banyak, Bulfest memiliki pengaruh yang cukup luas untuk sejumlah program pembangunan, termasuk didalamnya adalah program untuk mendatangkan wisatawan Mancanegara ke Indonesia, khususnya Bali, terlebih ke Buleleng. |Rika Mahardika|