Denpasar, koranbuleleng.com | Ketua Tim PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster memberikan pemahaman kepada kaum milenial agar tidak terpapar paham radikalisme dan terorisme. Hal itu bisa terwujud melalui peran orang tua sebagai pendidikan awal di dalam keluarga.
Khususnya bagi kaum ibu terlebih dengan tak terbendungnya
perkembagan teknologi informasi (TI) yang nyaris tanpa terfilterisasi.
Ny. Putri Suastini Koster memberikan pemahaman untuk tangkal radikalsime saat menjadi
narasumber dalam workshop Perempuan Agen Perdamaian dalam Pencegahan
Radikalisme dan Terorisme bertajuk ‘Peran Perempuan Bali Dalam Pencegahan
Radikalisme dan Terorisme Melalui Kearifan Lokal Bali” digelar Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan
Terorisme (FKPT) Provinsi Bali di Grand Bali Beach, Denpasar, Kamis 15 Agustus
2019.
Sehingga menurutnya kaum ibu sangat penting untuk memahami tentang perkembangan
teknologi informasi terkini. Pasalnya lanjut dia, saat ini penyebaran paham
radikalisme sebagai ladang tumbuhnya aksi terorisme secara terselubung
menggunakan berbagai platform teknologi informasi utamanya media sosial.
“Selain kita harus memantau aktivitas mereka di dunia maya, juga harus
ditanamkan kepada putra-putri kita nilai-nilai budi perkerti luhur terkait
kebangsaan dan kepedulian sosial supaya mereka tumbuh sebagai pribadi yang
mencitai bangsa dan negaranya,” jelasnya.
Hal ini pula sejalan dengan nilai kearifam lokan Bali tentang tugas orang tua
khususnya ibu sebagai akar dari keluarga dalam memberi pendidikan awal
bagi putra-putri mereka supaya tumbuh menkadi seorang suputra. Seorang
anak yang menghormati orang tua mereka, berguna bagi lingkungan masyarakat
serta mengabdi untuk nusa dan bangsanya.
“Selain mereka dipantau, putra-putri kita harus sering diajak
berkomunikasi dari hati ke hati. Kita harus berperan sebagai sahabat terdekat
mereka, supaya ketika mereka ada permasalahan berani curhat kepadavorang
tuanya. Karena kalau orang lain, belum tentu mereka akan mendapatkan informasi
dan nasehat yang baik,” ujarnya.
Sememtara narasumber kedua, Setyo Pranowo yang mengangkat tema ‘Kebijakan dan
Strategi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia’ mengatakan agar
generasi milenial tidak terpapar paham kradikalisme maka penting ditanamkan
kembali tentang wawasan Pancasila serta keberagaman dalam kehidupan berbangsa
di Indonesia.
Selain itu lanjut dia, sejak awal para generasi milenial perlu diperkenal akan
tanda-tanda tertentu dari kelompok penganut paham radikalisme.
Di antaranya, kelompok ini tidak menghormati adanya keberagaman, fanatisme
berlebihan dengan memaksakan keyakinan mereka terhadap kelompok lain, menutup
diri dari pergaulan dan menghalalkan kekerasan dalam mencapai tujuan kelompok
mereka.
“Ini supaya putra-putri kita peka terhadap lingkungannya, sehinga segera
tanggap jika ada hal-hal aneh di lingkungan sekitar mereka,”
tegasnya. |R/NP|