Singaraja, koranbuleleng.com | Makam keramat memang kerap menjadi tujuan orang ziarah bagi masyarakat yang ada di Indonesia. Ziarah keramat sendiri merupakan kunjungan ke tempat yang dianggap mulia seperti makam para wali.
Tujuan ziarah ini secara tidak langsung akan mengingatkan kepada kematian yang bisa datang kapanpun dan dimanapun. Selain itu, para peziarah ini datang untuk berdoa untuk keselamatan serta memohon mendapat keberkahan.
Banyak terdapat makam keramat di Indonesia. Tidak terkecuali makam Keramat yang di Buleleng yakni Makam Keramat Karang Rupit.
Makam ini berlokasi di Banjar Labuhan Aji, Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng. Makam ini memang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Buleleng. Bahkan, sebelum pandemi covid19 makam keramat ini sering dikunjungi dari peziarah luar Bali seperti Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Bahkan, rombongan dari luar negeri, seperti Turki, Amerika Serikat, Malaysia, dan Singapura.
Kondisi pandemi covid19 yang hampir 2 tahun kunjungan para peziarah ini sudah tidak seramai dahulu. Saat ini, kebanyakan warga lokal Buleleng saja yang melakukan ziarah. Biasanya ramai ketika menjelang bulan puasa dan sebelum lebaran Idul Fitri.
“Sekarang warga lokal saja. Biasanya sebelum bulan puasa, atau nanti pas sebelum lebaran. Kalau Dulu kunjungan sih wisatawan yang ziarah itu ramai. Dari berbagai daerah. Sekarang ada tapi Cuma beberapa. Paling satu atau dua mobil saja, kalau dulu bis-bis rombongan itu banyak.” Kata juru kunci Makam Keramat Karang Rupit, Samsul Hadi
Samsul Hadi pun berharap kondisi bisa kembali normal seperti dulu. Sehingga para peziarah bisa kembali ramai datang ke makam Karang Rupit. Dengan ramainya pengunjung otomatis roda perekonomian bisa kembali bergeliat dan pelaku wisata juga bisa kembali tersenyum.
Samsul Hadi berkesempatan menceritakan Sejarah Makam Keramat Karang Rupit. Makam ini berkaitan erat dengan masuknya Islam di tanah Bali yang kemudian berkembang dengan pesat saat ini.
Dahulu, saudagar asal Tiongkok bernama The Kwan Lie tiba pesisir pantai kawasan Bali Utara. The Kwan Lie singgah di berbagai wilayah perairan, bahkan negara-negara di kawasan Asia, termasuk mendaratkan perahunya di perairan Desa Temukus, tepatnya di Labuan Aji.
Saat itu di Labuan Aji pernah menjadi pelabuhan kecil bagi kapal-kapal dari wilayah lain yang mendarat untuk berdagang.
Semasa remaja The Kwan Lie merupakan murid dari Sunan Gunung Jati, dan banyak belajar tentang Islam dari Sunan Gunung Jati. Beliau tidak saja melaksanakan kegiatan berdagang di kawasan ini, tetapi juga menyiarkan agama Islam.
“Yang jelas ceritanya beliau sempat di Palembang. Kalau di Bali kemungkinan besar di seluruh Bali beliau menyiarkan agama Islam ” ucap Samsul Hadi.
Setelah The Kwan Lie wafat, jasa-jasa dalam mensyiarkan Islam di Buleleng, masyarakat serta tokoh atau ulama memberikan gelar Syekh Abdul Qadir Muhammad.
Keberadaan makam ini awalnya terungkap tahun 1995. Bahwa di Bali ada makam wali pitu. Salah satunya The Kwan Lie yang sekarang menjadi Makam Keramat Karang Rupit di Desa Temukus.
Makam Keramat Karang Rupit ini awalnya ada di atas permukaan air laut. Makam ini dulu hanya bisa diziarahi saat air laut surut. namun di tahun 1998 Makam Keramat The Kwan Lie mendadak ditemukan di daratan tepi pantai kawasan Banjar Labuan Aji, Desa Temukus.
Makam yang pindah tersebut ditemukan oleh warga dan diyakini sebagai makam wali pitu. Pasalnya, di juga ditemukan batu nisan yang bertuliskan nama The Kwan Lie. Selain itu, juga ditemukan lima makam lainnya yang dipercaya sebagai pengikut The Kwan Lie.
“Itu cerita para tetua dulu. Makam itu dulu posisinya ada di tengah laut. Namun kemudian pindah dengan sendirinya. Cerita ini juga Dikuatkan sama orang-orang tua dari Pegayaman, Buleleng” Pungkas Samsul Hadi. │ET│