Singaraja, koranbuleleng.com| Prosesi pembakaran jenasah seorang warga di Desa Banjarasem,Kecamatan Seririt diiringi dengan penampilan tarian joged yang ditarikan oleh kaum Waria dan Gay Singaraja (Wargas). Wargas merupakan sebuah komunitas dari para waria dan gay yang telah ada sejak lama di Singaraja.
Kebetulan,warga yang mennggal di desa tersebut merupakan anggota Wargas dengan nama kondang Tika Inces Widuri Dia juga semasa hidupnya pernah menjadi penari Joged yang tergabung dalam sekeha Joged Celedu Nginyah Wargas. Penampilan Joged Wargas untuk mengiringi kepergian Tika Inces Widuri juga viral di social media, Senin 18 April 2022.
Konon penampilan Joged Wargas itu merupakan pemintaan dari Tika yang terakhir. Dia meminta teman-temannya untuk mengiringi kepergiannya ke alam baka dengan tarian joged.
Dewan Penasehat Wargas, Mami Sisca De Panggabean mengatakan, almahum Tika yang memiliki nama asli Putu Arya Santika baru berumur 27 tahun. Dia menghembuskan napas terakhirnya pada 14 April 2022 lalu di RSUD Buleleng. Sebelum meninggal, Tika sempat bolak balik ke Rumah Sakit Santi Graha Seririt, karena infeksi lambung yang dialaminya.
“Sakit sudah setahun belakangan. Sempat bolak balik rumah sakit. Infeksi lambung. Karena diet jaga body,” ujarnya ditemui di kediamannya di Lingkungan Tegal Mawar, Kelurahan Banjar Bali, Singaraja, Selasa 19 April 2022.
Waria yang akrab dipanggil Mami Sisca itu menyebut, permintaan almarhum Tika untuk diiringi joged itu, diminta setelah kelurga Tika melakukan prosesi Metuun atau memanggil arwah dalam tradisi Bali. Ia pun sempat tidak percaya dengan permintaan almarhum itu, Sisca mengira almarhum Tika meminta diiringi dengan tarian pendet.
“Pas metuunang minta ada joged. Kita kaget, sempat ditanya lagi ga mendet? Kok joged soalnya berduka takutnya masyarakay mencekam. Bukannya tidak mau, khawatir masyarakat tau nggak hal ini. Biasanya mendet atau tari sakral. Joged kan happy,” terangnya.
Setelah berkoordinasi dengan keluarga Tika, akhirnya ia pun menyanggupi keinginan almarhum. Sisca datang bersama 7 orang anggota wargas lainya untuk menarikan joged. Ia bersama temannya itu menari dari mulai almarhum dimandikan, hingga dibawa ke Setra yang berjarak 500 meter, dari kediaman almarhum. Selain itu, saat ingin merias dengan pakaian joged, ia bersama teman wargasnya pun bingung mencari tempat berias. Hingga ia meminjam kandang sapi milik warga setempat, sebai tempat berias.
“Berias minjam kandang sapi. Anak-anak bingung nyari tempat beriasnya. Pas dimandiin semua kumpul, kita nari. Buat kamu (almarhum) terakhir kali. Sepanjang jalan darari rumah duka menuju ke setra,Kayak pawai. Bawa spanduk fotonya dia,” tuturnya.
Waria kelahiran 24 April 1973 itu menceritakan, semasa hidupnya memang berprosesi sebagai penari Joged. Ia tergabung dalam grup joged Celudu Nginyah Wargas. Grup joget beranggotakan 10 orang termasuk almarhum Tika. Grup joged itu, di kelola oleh anggota wargas bernama Jro Mika.
Selain itu, anak ke lima dari pasangan suami istri mendiang, Nyoman Janten dan Ni Ketut Danu itu menuturkan, almarhum Tika merupakan waria yang memiliki paras cantik. Sehingga Tika pun menjadi primadona dikalangan joged wargas. Profesi itu pun, menjadi penghasilan utama almarhum Tika yang merupakan tulang punggung keluarga. Tika bergabung wargas pada tahun 2008 silam. Dengan kepergian Tika, kini anggota wargas menjadi 70 orang.
“Total anggota wargas sekarang 70 orang. Dua tahun corona kemarin 7 orang sakit dan kecelakaan 1 orang. Ketika meninggal tetap diperlakukan sebagai laki-laki,”pungkasnya.|YS|