Singaraja, koranbuleleng.com│ Angka kematian dari susfect rabies di Buleleng tergolong tinggi. Hingga bulan Juni 2022, tercatat ada enam orang meninggal dengan status suspect rabies.
Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD menjelaskan, enam orang yang meninggal dengan status suspect rabies sebelumnya mengalami gigitan anjing yang diduga terjangkit virus rabies. Kematian itu terjadi dikarenakan terlambat penanganan setelah terjadi gigitan anjing. Jika selama 6 bulan atau lebih setelah digigit tidak mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) maka beresiko kematian.
“Lonjakanya cukup tinggi. Jika tahun sebelumnya 1 kasus, di tahun ini untuk sudah sebanyak 6 kasus kematian akibat suspect rabies” terang Arya.
Tidak hanya kasus kematian, maraknya gigitan anjing juga mengakibatkan tingginya permintaan VAR. Dari data di RSUD Buleleng hingga bulan Juni ada 303 orang yang meminta VAR.
Padahal menurut dr Arya, tidak semua kasus gigitan anjing harus mendapatkan VAR. Ciri anjing yang mengalami rabies sangat mudah diidentifikasi. Yakni ada gejala sakit, gaduh, gelisah dan liar serta menggigit siapapun secara tiba-tiba. “Tidak hanya orang, tapi semua bisa menjadi sasaran gigitan termasuk hewan lain,” ujarnya.
Setelah menggigit, jika anjing itu masih dalam kondisi baik-baik saja maka dipastikan tidak rabies. Dan sebaliknya jika anjing tersebut mati dalam kurun waktu 3 hari hingga 7 hari, maka dipastikan rabies.
“Orang yang terkena gigitan anjing tersebut secepatnya mendapatkan VAR,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Kabupaten Buleleng masuk dalam peringkat tiga kasus gigitan anjing terbanyak di Bali. Hal itu dikarenakan, tingginya kasus gigitan anjing di yang terjadi dari awal tahun 2022. Dinas Pertanian Buleleng sudah melakukan eliminasi termasuk akan melakukan sterilisasi terhadap anjing, untuk menekan populasi anjing di Buleleng. │ET│