Singaraja, koranbuleleng.com|Pagi itu, tangan kanan Ni Wayan Sudiarini terlihat sangat fokus mengayunkan palu untuk memahat. Sementara tangan kirinya, dengan gerak cepat memilih pahat yang cocok untuk mengikuti gambar wayang dengan karakter tokoh Bima yang sudah disediakan panitia lomba membuat wayang yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Buleleng.
Sudiarini merupakan salah satu peserta yang menjadi sorotan dalam lomba tersebut karena hanya dia seorang perempuan di tengah peserta yang keseluruhannya Laki-laki. Ada sebanyak 54 peserta yang mengikuti lomba yang digelar di Sasana Budaya, Komplek Kantor Dinas Kebudayaan, Buleleng, Senin 29 Agustus 2022.
Seluruh peserta dari sembilan kecamatan di Buleleng. Masing-masing kecamatan mengirimkan enam orang perwakilan. Dan Sudiarini berasal dari Kecamatan Sukasada.
Remaja yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Candimas Pancasari ini mengaku, mengikuti lomba membuat wayang ini karena hobby menggambar. Dari hobby itulah, akhirnya dia bisa mengikuti banyak lomba termasuk lomba membuat wayang.
Sebagai seorang perempuan, dia memiliki jiwa yang pantang menyerah. Meski dalam berbagai perlombaan yang sebelumnya diikuti belum pernah meraih juara. Dia tetap gigih untuk mengikuti lomba. Dalam keluarganya, tidak ada darah keturunan seorang pelukis. “Karena hobi menggambar, juga bisa mengenal budaya jadi membuat senang saja,” ujar Sudiarini, Senin, 29 Agustus 2022.
Sudiarini mengatakan, kesulitan dalam membuat wayang terletak pada proses memahat. Jika tidak pahatan tidak pas, dan pahat yang digunakan
tidak tajam, hasil yang didapat tidak akan bagus. “Untuk memahat ini, lima jam cukup, biasanya enam sampai tujuh jam baru bisa selesai,” kata dia.
Dalam lomba membuat wayang tersebut, panitia lomba memberikan masing-masing peserta waktu lima jam untuk menyelesaikan wayang dengan tokoh Bima.
Selain menggelar lomba membuat wayang, Dinas Kebudayaan Buleleng juga menggelar lomba Palawakya, yang diikuti 36 peserta. Dimana satu kecamatan mengirimkan masing-masing dua pasang peserta yang dengan usia 13-20 tahun.
Lomba tersebut digelar selama satu hari di tempat yang berbeda. Untuk lomba membuat wayang digelar di Gedung Sasana Budaya. Sementara, lomba Palawakya digelar di kantor Dinas Kebudayaan Buleleng.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, I Nyoman Wisandika mengatakan, lomba ini digelar untuk menumbuhkan minat generasi muda kembali mencintai warisan budaya dan adat tradisinya. Dimana dua adat tradisi tersebut saat ini sudah mulai tergerus jaman.
“Jadi untuk menghidupkan, menguatkan kembali, menggali kembali, melestarikan budaya. Kita kembangkan dan kita manfaatkan,” ujarnya.
Untuk peserta yang ikut dalam membuat wayang. Pahat yang disediakan panitia lomba akan diberikan untuk dibawa pulang. Hal itu, untuk bisa mengasah kemampuan mereka kembali.
Wisandika berharap agar membuat wayang dan Palawakya ini bisa menjadi ekstrakulikuler di sekolah. “Kita akan upayakan menggali lebih dekat generasi muda untuk mencintai, menjaga, mengembangkan warisan budaya yang kita miliki. Kita nanti pasti akan mengarah kesitu bersinergi dengan dinas lain,” kata Wisandika. |YS|