Singaraja, koranbuleleng.com | Penjabat (Pj) Bupati Buleleng I Ketut Lihadnyana tetap akan memprioritaskan program pembangunan pertanian dan perkebunan yang sudah tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Buleleng.
“Program prioritas itu pasti mempertimbangkan potensi Buleleng. Jangan sampai keluar dari potensi itu. Buleleng kan terkenal dengan produk pertanian dan perkebunan,” ujar Lihadnyana usai Serah Terima Jabatan (Sertijab) dari Bupati Buleleng masa jabatan 2017-2022 kepada Penjabat Bupati Buleleng di Ruang Sidang DPRD Kabupaten Buleleng, Senin 29 Agustus 2022.
Dia mengatakan untuk menyukseskan program tersebut harus dilakukan penanganan dari hulu ke hilir. Mulai dari proses pembangunan akses jalan, sehingga memudahkan para petani menjual produk mereka. Dampaknya program pembangunan bidang pertanian ini harus mampu mensejahterakan para petani.
“Jangan sampai petani atau nelayan berhasil memproduksi tapi dia sedih, karena produknya murah. Itu pemerintah harus hadir di sana,” katanya.
Lihadnyana menambahkan, untuk mendukung hal tersebut tentu akan memerlukan anggaran yang cukup besar. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemprov Bali dan pemerintah pusat terkait hal tersebut.
“Kalau kita membangun sebuah wilayah, mengandalkan APBD kita. Tidak pernah sesuai dengan harapan kita. Tetapi sumber anggaran itu tidak hanya di Buleleng ada di provinsi dan pusat, makanya kami perlu koordinasi dan komunikasi. Kami akan lakukan komunikasi itu,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna mengatakan, saat ini pembangunan infrastruktur di Buleleng sudah cukup baik. Namun, saat ini ada dua masalah yang dikeluhkan oleh masyarakat. Yakni, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) untuk Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang kini banyak di nonaktifkan. Hal itu pun dicarikan solusi, untuk bisa memudahkan masyarakat.
“Mudah-mudahan ke depan ini kita bisa satu visi memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat buleleng yang selama ini kepesertaan terblokir.” ujarnya.
Pantau Harga di Pasar Banyuasri
Hari pertama bekerja setelah pelantikan, Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana melakukan pemantauan harga di Pasar Banyuasri, Kelurahan Banyuasri, Kecamatan Buleleng, Senin 29 Agustus 2022. Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui harga kebutuhan pokok yang beredar sehingga bisa mencari formulasi untuk meredam tingkat inflasi.
Lihadnyana menyebut tingkat inflasi di Provinsi Bali saat ini sudah melebihi nasional. Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar menjadi dua daerah yang diperhitungkan tingkat inflasinya. “Maka, saya ke pasar dulu di hari pertama kerja. Setelah itu saya akan pikirkan, olah dan koordinasikan bagaimana upaya mengendalikan tingkat inflasi yang ada,” jelasnya.
Salah satu yang mempengaruhi tingkat inflasi adalah produksi. Seperti produksi cabai dan bawang yang rutin harganya naik di bulan-bulan ini. Produksi komoditas tersebut turun karena musim hujan. Jika musim hujan datang, petani takut tanam cabai. Sedangkan, kebutuhan dua komoditas tersebut meningkat karena adanya kebutuhan seperti untuk upacara keagamaan. “Otomatis barang terbatas, permintaan meningkat . Artinya harga juga meningkat,” ujar Lihadnyana.
Berdasarkan pemantauan, Lihadnyana mengatakan harga beberapa komoditas naik. Komoditas tersebut antara lain cabai dan telur. Meskipun beberapa waktu yang lalu harga dua komoditas tersebut sempat turun. Komoditas ini turut memicu tingkat inflasi jika harganya naik. Termasuk harga beras. “Karena kalau inflasi meningkat, daya beli menurun. Misal saya beli Rp10 ribu dapat 10 kilogram. Tapi sekarang dengan Rp10 ribu hanya dapat 6 kilogram. Ini justru mendorong kemiskinan juga. Saya lama menangani inflasi. Harus dikendalikan,” kata Pj. Bupati yang juga Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Provinsi Bali ini.
Dirinya menambahkan pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Melainkan memerlukan kerja bersama dari seluruh pihak. Manajemen rantai pasok dari komoditas juga harus benar. Di hulu harus dilakukan penanganan juga. “Bagaimana manajemen produksinya? Saya akan panggil Kadis Pertanian terkait ini. Kalau bawang kan bulan lalu panen. Makanya agak turun sedikit. Kalau sudah habis nanti akan naik lagi. Seperti itu,” imbuh Lihadnyana. |YS|