Singaraja, koranbuleleng.com | Kadek Murniasih, 33 tahun, terlihat sibuk. Dia tinggal di sebuah gang, di Jalan Merpati, Kelurahan Kampung Anyar, Singaraja.
Bersama belasan karyawannya, dia tampak menggiling biji kedelai untuk diambil sarinya, di rumah itu. Sari kedelai itu, akan digunakan sebagai bahan susu kedelai yang diberi merk ‘Milk Soya’.
Dari usaha susu sari kedelai itu, Murniasih bisa meraup omset hingga jutaan rupiah perbulannya. Bahkan produknya itu, kini banyak ditemukan di warung, toko kelontong, hingga kantin-kantin perkantoran. Susu kedelai buatannya diyakini menyehatkan, karena dibuat dengan bahan alami tanpa campuran pengawet.
Murniasih menuturkan, ide membuat susu kedelai ini muncul setelah melihat bibinya. Kala itu, bibinya membuat usaha sampingan membuat susu kedelai yang dijual atas pesanan dari tetangga sekitar rumahnya. Melihat peluang itu, mantan sales di salah satu perusahaan minuman ini kemudian melanjutkan usaha itu menjadi sebesar sekarang.
Dia merintis usaha ini, sejak dirumahkan akibat pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Saat itu perusahaannya terpaksa mengurangi pegawai akibat dampak pandemi Covid-19. Kondisi tersebut tidak membuat Murniasih terpuruk dalam waktu yang lama.
Awalnya, susu kedelai buatan Murniasih hanya dikemas menggunakan plastik. Kini kemasannya pun dibuat lebih menarik, dengan menggunakan botol dan diberi label ‘Milk Soya’.
Susu kedelai kemasan botolan itu ia pasarkan ke toko-toko hingga kantin perkantoran. Ia membandrol dengan harga Rp 5 ribu per botol. Bagi konsumen yang ingin memesan susu kedelai, ia juga mencantumkan kontak person dalam label kemasannya.
Dengan kemasan yang menarik itu, usahanya kian berkembang. Setiap hari ia mampu memproduksi 1.400 botol susu kedelai dan bisa menghabiskan 30 kilogram kedelai. Omset yang didapat pun cukup fantastis, hingga mencapai Rp14 juta perbulan. Kini ia bahkan telah memiliki 12 orang karyawan yang membantu memasarkan produknya ke seluruh wilayah Kabupaten Buleleng, hingga Karangasem dan Tabanan.
“Kedelai yang digunakan harus pakai yang impor, karena susu yang dihasilkan lebih bagus. Kalau pakai yang lokal kebanyakan ampas katanya,” ujarnya ditemui beberapa waktu lalu.
Kata Murniasih, dalam proses produksi, biji kedelai dihaluskan lebih dulu menggunakan mesin. Kedelai yang telah digiling tersebut kemudian direbus dengan campuran air, daun pandan, garam dan gula. Lalu air rebusan kacang kedelai tersebut disaring dan dikemas dalam botol berukuran 330 mililiter.
Ia menyampaikan, susu kedelai buatannya hanya bertahan satu minggu karena dibuat tanpa bahan pengawet. Jika lebih dari satu minggu, produk tersebut ia tarik. “Tidak tahan lama karena tanpa pengawet. Saya bikin susu kedelai untuk kesehatan, produk kami juga masuk ke rumah sakit jadi memang harus murni,” katanya.
Selain membuat susu kedelai, sebelumnya dia mengaku sempat berinovasi membuat susu yang terbuat dari bahan kacang ijo. Namun, inovasi itu rupayan tak mendapat banyak peminat. “Sekarang fokus sama susu kedelai saja. Bikin susu kacang ijo kalau ada yang pesan saja,” kata dia.|YS|