Singaraja, koranbuleleng.com| Populasi babi di Buleleng, mengalami penurunan signifikan, hingga 20 persen. Itu dipicu kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak, penurunan ini juga dikarenakan minim dan mahalnya harga pakan.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng Made Sumiarta mengatakan, jumlah populasi babi di Buleleng kini sebanyak 42.272 ekor. Jumlah tersebut mengalami penurunan hingga 20 persen.
“Sampai saat ini pengembangan babi kita masih selektif. Keberadaan PMK yang ada sekarang ini masih menjadi trauma bagi masyarakat dan perlu kehati-hatian kita dalam pengembangan selanjutnya,” ujar Sumiarta ditemui usai sosialisasi dengan peternak babi di Kantor Dinas Pertanian Buleleng, Kamis, 16 Februari 2023.
Baca : Usaha Babi Guling Samsam Mulai Digeluti di Buleleng
Untuk mengembalikan populasi babi di Buleleng, Dinas Pertanian Buleleng menggelar sosialisasi ke peternak, dengan menggandeng perusahaan yang bergerak pada bidang pakan ternak Apical. Dimana, perusahaan itu sudah melakukan uji coba terhadap ternak babi di Desa Galungan, Kecamatan Sawan, Buleleng.
Sumiarta berharap masyarakat kembali minat peternak mengembangkan babi. Selain itu, hal ini juga diharapkan bisa mempermudah peternak mencari pakan.
“Adanya desiminasi masyarakat bisa memilah dan memilih produk ini, yang notabene pakan ternak di lapangan cukup mahal,” ucapnya.
Kata Sumiarta, pakan yang ditawarkan perusahan Apical tersebut merupakan suplemen yang terbuat dari bahan kelapa sawit. Sehingga, kedepannya diharapkan penggunaan pakan ini bisa dicampur dengan bahan lokal, seperti sorgum yang tengah di kembangkan saat ini.
“Karena kita disini potensi lokal adalah jagung ya itu sudah kita berdayakan, masyarakat nanti akan tertarik untuk menanam. Karena disamping pakan ternak jagung sebagai makanan selain beras,” kata dia.
Untuk memaksimalkan penggunaan pakan tersebut, harus dilakukan demplot. Hal ini, untuk mengetahui dampak yang dihasilkan setelah menggunakan pakan ternak tersebut. Sehingga, dengan demplot tersebut bisa meyakinkan petani menggunakan produk yang ditawarkan perusahaan.
“Dari kami seperti itu kalau membuat perencanaan jangan sampai ujug-ujug merangkul ada pengusaha mau berinvestasi disini kita terima saja tapi kita harus ada dampaknya dulu,” kata Sumiarta.
Ditempat yang sama, Center of Excellence Head Apical Fajar Marhaendra mengatakan, produk Optymax yang ditawarkan murni berbahan dari bahan turunan kelapa sawit. Sehingga produk pakan ternak yang merupakan suplemen ini, bisa dicampur dengan bahan lokal lainnya. “Bagus dicampurkan dengan komponen lain. Ini suplemen di pakai, satu sampai lima persen. Ini sangat potensial di kembangkan ke intrusi lainnya,” ujarnya.
Marhaendra menyebut, dalam produk suplemen ini, bisa mempercepat pembesaran pada ternak. Sehingga, peternak bisa cepat menjual ternaknya dan biaya yang dikeluarkan pun minim. Selain itu, dengan kebugaran yang dimiliki ternak. Ternak akan terbebas dari penyakit.
“Kami fokus berat badan dan mengcover energi, tentu ini akan berinfak. Seharusnya dengan badan yang bisa di cover otomatis daya tahan hewan akan bagus,” kata dia.|YS|