Singaraja, koranbuleleng.com| Ketersediaan Vaksin Anti Rabies (VAR) di Kabupaten Buleleng semakin menipis dan dikhawatirkan tidak mencukupi hingga akhir tahun 2023. Komisi IV DPRD Buleleng mendorong Dinas Kesehatan untuk segera berkoordinasi dengan Provinsi Bali untuk memenuhi ketersediaan VAR.
Ketua Komisi IV DPRD Buleleng Luh Hesti Ranitasari mengatakan, potensi penularan virus rabies di Buleleng saat ini masih tinggi. Dimana setiap harinya, ada saja masyarakat yang datang ke RSUD serta puskesmas untuk meminta VAR. Jika kasus gigitan anjing terus melonjak, dikhawatirkan stok VAR di Buleleng akan habis pada September mendatang. Dengan demikian, pihaknya mendorong Dinkes Buleleng untuk berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi untuk memenuhi ketersediaan VAR.
“Kalau kasusnya melonjak ketersediaan hanya sampai September, Saya sarankan Dinkes untuk cari bantuan, atau memohon ke provinsi Bali untuk VAR ini bisa tersedia,” ujar Hesti Ranitasari, Senin, 17 Juli 2023.
Selain itu, Dewan Buleleng juga menyoroti penggunaan anggaran di Dinkes Buleleng. Menurut Rani, saat ini baru 31,98 persen anggaran saja yang baru terealisasikan di Dinkes. Hal itu, karena ada beberapa program yang tidak jalan.
Rani menyebut, Dinkes pun diharapkan bisa memaksimalkan anggaran untuk menghindari terjadinya selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran (SiLPA). Jika hal tersebut terjadi, ditakutkan akan mempengaruhi Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang telah didapatkan Pemkab Buleleng.
“Ada beberapa yang tidak sesuai dengan perencanaan yang menurut kami sangat fatal. Kalau terjadi SiLPA terus menerus akan berpengaruh pada WTP yang didapat. Kita sudah sarankan, kalau bisa anggaran dialihkan untuk program lain,” kata dia.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr. Sucipto mengatakan, saat ini ketersediaan VAR masih aman, dengan total 1.476 vial. Namun, pihaknya mengakui kasus gigitan anjing di Buleleng saat ini masih tinggi. Bahkan sempat ada 180 gigitan anjing per harinya. Dengan demikian, dikhawatirkan VAR akan habis pada akhir September jika kasus gigitan masih tinggi.
“Sampai Juli ini sudah lima belas ribu vial habis VAR. Kemarin kita adakan pengadaan 3.000 vial VAR melalui dana APBD dengan total anggaran Rp400 juta. Kalau sampe akhir tahun lumayan ngabisin anggaran, kalau kasusnya masih seperti sekarang,” ujarnya.
Kata Sucipto, untuk satu kasus gigitan anjing per orangnya memerlukan empat vial VAR untuk tiga kali vaksin. Namun, pihaknya juga tetap melakukan pemantauan. Jika anjing yang menggigit masih hidup, pihaknya pun tidak memberikan vaksin yang ketiga.
“Kalau yang pertama kita tetap berikan vaksin, tidak mau menanggung resiko. Kalau anjing masih hidup vaksin ketiga tidak kami berikan. Per orang, memerlukan empat vial kalau vaksin lengkap,” kata dia. (*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada