Singaraja, koranbuleleng.com | Para petani Anggur di Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, Buleleng harus gigit jari. Pasalnya, para petani di desa itu mengalami kesulitan air akibat musim kemarau yang berkepanjangan dan berdampak pada hasil panen.
Kondisi itu pun membuat pertumbuhan buah menjadi tidak normal. Alhasil harga jual pun turun.
“Kami dan beberapa petani kesulitan air juga. Akibatnya buah jadi tidak normal, mengkerut dan mengecil,” ungkap salah satu Petani Anggur, setempat Luh Merta.
Dia menyebut, jika kesulitan air sudah terjadi sejak 3 Bulan lalu. Dengan lahan seluas 20 are, dia dan petani lainya harus rela mendapatkan air secara bergiliran.
Kondisinya pun diperparah dimana dia harus membeli pupuk yang harganya tergolong mahal. Sementara harga buah anggur tergolong masih rendah hanya berkisar Rp 5 ribu sampai Rp9 ribu perkilogram. Kalau hari raya menyentuh Rp12 ribu per kilogram. Sedangkan kalau hari biasa, hanya Rp5 ribu sampai Rp9 ribu. “Ya mau bagaimana kita hidup dari Bertani, resiko seperti ini.” imbuhnya
Sementara itu, Perbekel Desa Ringdikit, Made Sumadi menyebut, kondisi krisis air disebabkan banyak terjadi perabasan hutan dan alih fungsi lahan. Ditambah sekarang musim kemarau berkepanjangan.
Pihak desa pun memilih untuk menggilir distribusi air untuk para petani, agar kebun mereka tetap mendapat pasokan air meskipun dengan jumlah terbatas.
“Air memang susah di wilayah kami saat musim kemarau. Disamping itu pula, ada perabasan hutan di atas dan alih fungsi lahan. Padahal Anggur butuh air banyak”ungkapnya
Terkait masalah harga anggur yang anjlok, pihaknya bersama kelompok – kelompok petani anggur sudah melakukan kerjasama dengan sejumlah pabrik wine. Pabrik ini nantinya akan mengambil seluruh hasil panen milik petani yang ada di desa Ringdikit
“Mudah-mudahan dengan kerja sama ini, para petani anggur bisa bertahan”pungkasnya. (*)
Editor : I Putu Nova Anita Putra