Singaraja, koranbuleleng.com | Dalam beberapa tahun terakhir, Bali menghadapi serangkaian tantangan serius terkait krisis air. Kondisi ini diperparah oleh perubahan iklim dan pertumbuhan industri pariwisata yang tidak terkendali. Tingkat air tanah yang terus menurun, eksploitasi sumber daya air, dan kurangnya kesadaran akan keberlanjutan lingkungan menciptakan ketidakseimbangan yang mengancam ketersediaan air tanah di pulau ini.
Setelah penyelenggaraan kegiatan sosialisasi sumur pemanen air hujan dan penanaman pohon di Pura Desa/ Puseh Desa Munduk, Banjar, Buleleng pada bulan lalu, Yayasan IDEP masih terus melakukan langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan air dan membangun kesadaran masyarakat terhadap isu kelangkaan air dan dampak perubahan iklim secara lebih luas.
Melalui program Bali Water Protection (BWP) dengan dukungan oleh Save the Children Indonesia, komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat mengenai model manajemen sumber daya air di Provinsi Bali terus diperkuat. Pada konteks ini, kegiatan pendidikan dan advokasi di sekolah-sekolah di Wilayah Imbuhan Utama menjadi sangat penting. Yayasan IDEP bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa tentang pentingnya konservasi air dan lingkungan hidup secara keseluruhan.
Kegiatan edukasi di sekolah juga menggandeng Made Taro, seorang pendongeng alam dan manusia. Tujuannya untuk mendorong partisipasi aktif siswa dalam upaya pelestarian sumber daya air. Kegiatan edukasi ini akan dimulai dari SDN 4 Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng yang digelar pada Sabtu 20 April 2024. Setelah itu, juga akan berlanjut ke delapan sekolah lain yang masuk ke dalam Wilayah Imbuhan Utama sesuai dengan riset yang sebelumnya dikembangkan bersama Politeknik Negeri Bali (PNB).
“Sembilan sekolah tersebut terbagi dalam sembilan kabupaten, dengan asumsi dan harapan bahwa anak-anak sejak awal sudah mengenal isu krisis air dari narasi yang sederhana, dan suatu dongengn yang membangun imajinasi untuk bisa mereka kemudian bergerak dan bertindak dalam aksi-aksi kecil. Walaupun kecil, harapannya aksi-aksi kecil ini bisa konsisten dilakukan sejak dini,” ungkap Putu Suryawan Nadi selaku Koordinator Program Yayasan IDEP.
Ketersediaan air di Bali masih terus diperbincangkan hingga hari ini. Generasi muda diajak untuk terus mengenali kondisi yang ada di lingkungan hidupnya, terutama anak-anak dan remaja. Setelah tahap mengenali, generasi muda mampu untuk menjaga dan merawat bahkan memastikan keberlangsungan ketersediaan air di permukaan maupun air di dalam tanah.
“Generasi yang konsisten memperhatikan hal tersebut dan mau bersungguh sungguh terhadap hal tersebut akan merasakan dampak yang posistif terhadap keberlangsungan dan ketersediaan air sebagai unsur penting dalam kehidupan dan menjaga keseimbangan ekosistem bumi,” sambungnya. (*)