Singaraja, koranbuleleng.com| Peran orang tua disebut paling penting untuk menghindarkan anak menjadi korban maupun pelaku kejahatan seksual. Orang tua diminta bisa memberikan waktu untuk mendengarkan cerita dari anak.
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Perlindungan Perempuan dan Anak (DP2KBP3A) Buleleng Nyoman Riang Pustaka mengatakan, dari banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap anak sebagian besar diantaranya terjadi karena kurangnya perhatian orangtua kepada anak. Dengan kesibukan orang tua, terkadang mereka tidak ada waktu untuk anak mereka. Selain itu, faktor ekonomi juga disebut bisa mempengaruhi terjadinya kejahatan tersebut.
“Saat kita telusuri, orang tuanya broken home, dirawat oleh kakeknya. Atau orang tuanya bekerja, tidak melakukan pengawasan. Kadang ibunya buruh, bapaknya buruh, sehingga dengan anak itu jarang berkomunikasi, mempercayakan anak itu melakukan sendiri. Sehingga anak-anak mulai dengan pergaulan, terpapar gadget. Korban jadinya mereka,” terang Riang ditemui Sabtu, 18 Mei 2024.
Riang menyebut, pengentasan kasus kejahatan seksual ini harus dilakukan sejak dini. Selain melakukan sosialisasi kepada orang tua juga perlu adanya sosialisasi menyasar anak-anak. Pemberian sosialisasi sejak dini dilakukan, agar nantinya ketika mereka menjadi orang tua bisa memberikan waktu untuk mendengarkan cerita dari anak mereka.
“Sebenarnya kita latih anak agar tau kelak jadi orang tua bagaimana. Karena ortunya itu tidak mengetahui berkomunikasi dengan anak yang benar. Seolah-seolah dengan bekerja mendapatkan penghasilan itu sudah cukup. Yang paling penting, walaupun kita capek begitu di rumah quality time itu yang paling penting,” kata dia.
Sekedar informasi, merujuk data DP2KBP3A dari bulan Januari hingga Mei 2024 total ada 15 kasus kejahatan terhadap anak. Diantaranya pemerkosaan 3, perbuatan cabul 2, persetubuhan anak 5, trauma psikis 1, anak berhadapan dengan hukum 1, pencemaran nama baik 1, dan perubahan perilaku sebanyak 6 kasus.
Tingginya kasus yang terjadi membuat mahasiswa bergerak. Mahasiswa semester IV kelas D Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, STAH Mpu Kuturan Singaraja. Menggelar Seminar Edukasi Seks “Memahami Pentingnya Pendidikan Seksual Pada Remaja”. Seminar itu digelar di SMP Negeri 5 Singaraja, diikuti oleh ratusan siswa kelas 8.
Ketua Panitia Nanda Viriyadikha mengatakan, dengan banyaknya kasus yang terjadi sangat mengkhawatirkan. Dampaknya pun tak hanya terjadi pada anak itu, maupun keluarga serta orang disekitarnya. Selain itu, dengan tingginya kasus juga akan meningkatkan resiko pernikahan dini.
Edukasi sejak dini pun disebut harus terus dilakukan. Selain orang tua dan pemerinta, mahasiswa juga berperan penting dalam seks kepada siswa. Sehingga mereka memahami bagaimana seks itu, dan menghindari mereka menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual.
“Ini terkait kekhawatiran kita tentang kekerasan seksual dan pernikahan dini semakin memprihatinkan. Oleh karena itu kami berharap melalui seminar edukasi seks ini dapat membawa perubahan dan meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya pendidikan seksual khususnya pada remaja,” kata dia.(*)