Buleleng Tampilkan Tradisi Pewintenan dan Mebayuh saat Pawai PKB

Singaraja, koranbuleleng.com| Kabupaten Buleleng akan menampilkan prosesi upacara pawintenan dan mebayuh dalam pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-46 tahun 2024. Perwakilan Buleleng itu pun, telah melakukan persiapan matang dengan melaksanakan gladi bersih di Lapangan Taman Kota Singaraja. 

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng I Nyoman Wisandika mengatakan, gladi ini dilakukan sebagai pembinaan terakhir dinas sebelum tampil pada pembukaan PKB, pada Sabtu, 15 Juni 2024 mendatang. Dimana untuk garapan seni tersebut, diwakili oleh Sekaa Mandala Yowana Banyuning. Nantinya dalam penampilannya, garapan tersebut akan dipentaskan selama 10 menit.

- Advertisement -

Selain upacara pawintenan dan mebayuh tersebut, dalam pawai tersebut Buleleng juga akan mempersembahkan garapan tematik “I Gusti Ngurah Panji Sakti Menyerang Blambangan” serta tarian khas Kabupaten Buleleng seperti Tari Trunajaya, Wiranjaya, Palawakya, Legong Pengeleb, dan Tradisi Mejaran-jaranan.

“Ada 200 seniman yang akan terlibat saat peed aya nanti. Kita dapat urutan ketujuh, astungkara berjalan lancar sesuai latihan kita yang terakhir ini,” ujar Wisandika, Selasa, 12 Juni 2024.

Sementara, Koordinator Peed Aya Buleleng Nyoman Mulyawan mengatakan, nantinya dalam penampilannya di urutan pertama, Buleleng akan menampilkan atribut kober Nawa Sanga, payung agung, barisan bandrangan dan terakhir umbul-umbul.

Kemudian barisan akan dilanjutkan dengan penampilan kesenian khas Buleleng, yakni Tari Pancasila, Truna Jaya, Sampi Gerumbungan, dan tradisi Mejaran-Jaranan yang telah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

- Advertisement -

Barisan selanjutnya, akan menampilkan upayana menceritakan tentang Pawintenan dan Mebayuh Oton di Kelurahan Banyuning. Tradisi tersebut akan ditanpilkan melalui drama tari. Para penari akan menampilkan dari sisi prosesi penglukatan, dengan membawa guwungan ayam, dan penyiraman air atau mengubah.

Barisan terakhir, Buleleng akan menampilkan fragmen tari yang menceritakan keberangkatan pasukan Ki Barak Panji Sakti, Raja Buleleng saat itu menyerang Kerajaan Blambangan. Dalam fragmen itu, juga diisi dengan Megoak-Goakan yang juga merupakan salah satu tradisi dari pasukan tersebut.

“Untuk tarian ini, kami tidak terlalu banyak memberikan tambahan atau kreatifitas lain takutnya roh Megoak-Goakan hilang kalau ditambah. Lebih baik pakai pola tradisi yang ada, tidak ada perubahan signifikan. Paling sedikit di Gerakan,” ujarnya.

Mulyawan menyebut, dalam penampilan Peed Aye tersebut melibatkan 185 peserta.  Semua penari merupakan pemuda asal Kelurahan Banyuning. Proses latihan telah dilakukan selama satu bulan. (*)

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts