Panen Raya Cengkeh di Buleleng Datangkan Buruh Petik dari Pulau Jawa

Singaraja, koranbuleleng.com| Petani Cengkeh di Buleleng kini sedang panen raya. Namun,kendalaselama 10 tahun terakhir ini muncul, yakni kesulitan para petanimencari buruh petik cengkeh. Bahkan, seringkali para petani cengkeh di Buleleng harus mencari buruh petik ke Pulau Jawa dengan biaya yang sangat tinggi.

Langkanya buruh petik cengkeh di Bali ini munculdalam diskusi politik KomunitasJurnalis Buleleng, Kamis 27 Juni 2024. Pj Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana yang langsung menyuarakan kesulitan petani cengkeh mencari buruh petik di Bali.  

- Advertisement -

Menurut Lihadnyana, ini permasalahan serius di tengah harga Cengkeh yang fluktuatif di pasaran. Harga buruh petik cengkeh saat ini,bisa mencapai Rp150.000- Rp.175.000, sementara harga Cengkeh masih berkisar Rp.125.000/kilogram.

“Ini menjadi permasalahan serius, petani sampaimerayu untukmencariburuh petikdiJawa dengan imbalan yang mahal,” ujar Lihadnyana.

Permasalahan ini juga diungkapkan oleh Petani Cengkeh daridesa Tajun, Made Suyasa. Mantan Camat Kubutambahan itu mengaku para petani di Desa Tajun kewalahan pada setiap panen raya karena tidak mendapatkan buruh petik cengkeh. “Kami mencariburuh petik sampai Pulau Jawa,”kata dia.

Menurut Suyasa permasalahan pertanian ini harus menjadi konsentrasi bagi kepala daerah Buleleng selanjutnya. Pemerintah harus mampu memberikan kesejahteraan bagi petanidi Buleleng.

- Advertisement -

Kondisi perkebunan cengkeh di Buleleng sangat subur.Buleleng menjadi salah satu penghasil Cengkeh terbesar di Bali. Namun saat ini, petani harus mendatangkan tukang petik dari luar daerah hingga pulau Jawa.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Gede Melandrat mengatakan kondisi kekurangan buruh pemetik cengkeh itu, disebut sudah terjadi sejak 10 tahun belakangan. Hal itu disebabkan, karena kurangnya generasi muda yang mau melanjutkan untuk menjadi buruh petik cengkeh. Dengan kemajuan pendidikan saat ini, generasi muda memilih untuk melanjutkan pendidikannya.

“Kedepan makin sulit, saat ini generasi di atas 17 tahun sudah melanjutkan sekolah. Pekerjaan ini cukup berat. Ini sulit bagi petani cengkeh. Keberhasilan pendidikan, menjadi kekurangan untuk petani cengkeh,” ujarnya, Minggu, 30 Juni 2024.

Selain itu, kurangnya buruh petik juga diakibatkan karena pekerjaan yang berat. Dimana buruh harus memanjat pohon cengkeh yang memiliki ketinggian 15 hingga 17 meter. Sehingga untuk memaksimalkan panen, sejumlah pengusaha harus mendatangkan buruh dari hingga Kota Ngawi, Jawa Timur.

Untuk mendatangkan buruh dari luar itu disebut tinggi. Namun petani tak punya pilihan, karena jika dibiarkan bunga cengkeh yang mekar nantinya akan menjadi buah. Hal itu pun bisa merugikan para petani. Padahal saat ini, hasil pertanian cengkeh di Buleleng bagus dan memiliki harga tinggi.

Melandrat menyebut, untuk mengatasi hal ini harus dilakukan inovasi untuk penanaman cengkeh. Sehingga kedepannya, tanamanan cengkeh tidak menjulang telalu tinggi. Diaman dengan menjulang terlalu tinggi itu, akan membahayakan bagi para buruh. Bahkan dengan kondisi alam saat ini, bisa berdampak berbahaya bagi buruh hingga menyebabkan kecelakaan kerja.

Pemerintah pun disebut akan melakukan inovasi dengan memberikan sosialisasi pola tanam cengkeh kepada petani. Dimana untuk membuat tanaman cengkeh bagus, tanaman harus mendapatkan sinar matahari yang cukup. Dengan demikian, tanaman cengkeh tak lagi menjulang. Petani pun bisa melakukan panen menjadi lebih mudah.

“Untuk mengatasi harus membatasi tanam, jadi biarkan tumbuh kesamping. Sehingga panen lebih mudah, tidak kekurangan buruh. Jadi di kondisi saat ini, sangat membahayakan. Dengan ketinggian itu, selalu ada kecelakaan. Kedepan budidaya cengkeh harus yang modern. Tidak lagi membiarkan tanamannya tinggi menjulang. Pohon cengkeh yang bagus itu bukan tinggi menjulang,” kata dia.(*)

Editor : I Putu Nova Anita Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts