Wayang Wong Jadi Daya Tarik Pariwisata Tematik

Singaraja, koranbuleleng.com | Di era tahun 1970, Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula pernah menjadi desa yang cukup banyak dikunjungi wisatawan asing. Perkembangan seni dan budaya tradisi di desa ini, sangat baik dan mewariskan hingga kini. Salah satunya, Wayang Wong. BUkan hanya Wayang Wong, juga munculnya kelompok seni tari, karawitan, seni ukir kayu dan pasir, di era tersebut.

Wayang Wong sudah mendapatkan sertifikat sebagai salah satu warisan budaya tak benda (WBTB), danmasih lestari sampai kini.

- Advertisement -

Gede Komang, mantan Kadis Kebudayaan Kabupaten Buleleng yang juga Pregina (Penari) Wayang Wong menceritakan wayang Wong lahir dari perpaduan seni Gambuh dan seni Parwa di akhir abad ke-16. Wayang Wong di Desa Tejakula secara tradisi selalu ditarikan di Pura Maksan. Namun seorong perkembangan, Tarian Wayang Wong dibuatkan duplikat, termasuk perlengkapan tarinya sehingga bisa ditarikan secara umum di luar pura.

Wayang Wong versi duplikat ini mendapat sambutan positif sebagai seni pertunjukkan. ”Pertujukan seni yang mengambil cerita Ramayana dengan Kandanya. Pada tahun 1990 tampil di Eropa, Jepang, Amerika dan Korea.” Ungkap Gede Komang saat menjadi narasumber dalam diskusi Sledet Pregina yang mengupas hubungan antara pariwisata dan tari Wayang Wong oleh Sanggar Santhi Budaya , di Pura Kanginan di Puri Kanginan Singaraja, Minggu 30 Juni 2024.

Sledet Pregina menghadirkan 2 narasumber. Selain pemerhati budaya Gede Komang, juga menghadirkan Nyoman Dini Andiani, dosen Undiksa Singaraja dan juga Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata.

Gede Komang mengutarakan wayang Wong merupakan kebudayaan atau lokal genius Bali yang tentunya harus terus dijaga kelestarian sehingga atraksi kesenian ini sebagai magnet wisatawan untuk berkunjung ke Buleleng berlanjut. ”Saya yakin Wayang Wong ini akan lestari karena keyakinan atau kepercayaan masyarakat Desa Tejakula akan kesakralan tarian ini.

- Advertisement -

Sementara, Dini Andiani mengatakan pariwisata tematik menjadi satu kesatuan antara tourist experience dan lokal genius Bali. Lokal genius ini salah satunya kebudayaan sebagai poin penting pariwisata berkelanjutan.

Dini menuturkan wisata tematik pangsa pasarnya secara minat khusus dan punya special purpose, menghadirkan wisatawan yang ingin menggali informasi dari sebuah produk wisata dengan one village one produk, seperti halnya kebudayaan khususnya Wayang Wong.

“Tematik tidak hanya gerakan atau tarian tapi juga digali alur cerita Ramayana dengan Kandanya. Wayang wong ada sekian Kanda, hal-hal apa yang dilihat dari Wayang Wong yang membuat ketertarikan seseorang untuk merangkai cerita. Wayang Wong tidak dimiliki oleh banyak desa di Bali,”terang Dini.

Selain itu dari industri pariwisata harus dikemas dengan paket-paket sesuai market-market dengan karakternya. Jika tertarik dengan pengenalan karakter konsep Wayang Wong sakral, wisatawan akan menelisik tentang  konsep yang sama dengan membandingkan di tempat atau desa lain. “Koneksi itu akan mensinergikan satu potensi dengan potensi yang lain dalam tema sama sehingga menarik minat wisatawan.

Hubungan budaya dan pariwisata jelas Andiani, adalah konsep pariwisata budaya yang ada aktivitas masyarakat lokal yang dinikmati oleh wisatawan.

Ada 10 elemen daya tarik wisata, salah satunya tentang kondisi kehidupan masyarakat atau the way of live. Konsepnya mereka berwisata melihat sesuatu yang tidak ada di daerahnya untuk melihat hal yang baru yaitu nature, culture, atraksi masyarakat sebagai unsur pariwisata akan masuk dan tidak mengubah lokal genius yang dimiliki masyarakat itu sendiri.

“Penggalian informasi sebagai pengalaman wisatawan sebagai pelaku budaya seperti cara megambel, menari,  Ini merupakan element daya tarik wisata budaya.” terang dia.

Dini meyakini jika konsep itu dikembalikan ke masyarakat lokal, masyarakat merasakan nilai kekuatan budayanya tidak hanya menghasilkan ekonomi pariwisata dalam bentuk uang, namun juga pelestarian.  “Pariwisata akan hidup jika ada budaya, karena ada budaya ada ritual-ritual kecil, jika budaya tidak dilestarikan akan mengurangi otentisitas dari pengalaman wisatawan merasakan sebagai orang Bali, itulah pointnya antara pariwisata dan budaya,”tegas dia. (*)

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts