Singaraja,koranbuleleng.com| Minimnya minat anak mendaftar di Sekolah Dasar (SD) 4 Pucaksari, di Desa Pucaksari, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, disebut karena akses jalan menuju sekolah kurang memadai. Jalan menuju sekolah tersebut rusak parah, sehingga orang tua memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah yang memiliki akses jalan lebih memadai.
Sekretaris Dewan Pendidikan Buleleng, I Made Bagus Andi Purnomo mengatakan, saat ini sekolah tersebut telah menerima satu orang siswa. Minimnya minat anak sekolah di SD yang telah berdiri sejak 1987 itu, lantaran akses jalan yang kurang memadai.
Andi Purnomo menyebut, akses jalan menuju sekolah rusak parah sepanjang 500 meter. Aspal jalan tersebut telah mengelupas, hingga pada saat musim hujan jalanan akan becek dan licin. Dimana selama ini, disebut kebanyakan siswa yang bersekolah merupakan anak dari Desa Titab. Sementara, warga yang ada di wilayah setempat kebanyakan merantau.
“Memang sekolah ini lebih dekat dengan Desa Titab. Kalau dari Pucaksari sendiri hanya menaungi satu banjar saja. Kebetulan memang demografi anak usia sekolah dasar tidak ada. Berdasarkan data banyak penduduk disana yang merantau,” ujar Andi Purnomo saat turun langsung ke SD Negeri 4 Pucaksari, Sabtu, 20 Juli 2024 kemarin.
Kata Andi Purnomo, penerimaan siswa baru di sekolah tersebut memang sangat minim pertahunnya. Bahkan saat ini, total siswa yang ada di sekolah tersebut dari kelas 1-6 hanya 25 siswa. Dimana rata-rata pertahunnya sekolah menerima siswa kurang dari 10 orang.
Padahal menurut dia, potensi yang dimiliki sekolah sangat bagus. Sekolah tersebut telah masuk program sekolah penggerak. Total guru di sekolah tersebut pun, sudah mencukupi dengan jumlah 8 orang. Dimana 5 diantaranya merupakan guru PPPK yang berasal dari Jawa dan Bengkulu.
Dengan kondisi sekolah tersebut, Dewan Pendidikan pun meminta Pemerintah Daerah hadir untuk memecahkan masalah tersebut. Sehingga kedepannya sekolah bisa diminati oleh masyarakat.
Selain itu, dia mendorong agar sekolah terus berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat. Sehingga kedepan, sekolah mampu menerima siswa lebih banyak.
“Saya sudah sarankan bahwa disini punya peluang dalam bidang Bahasa Inggris karena lima orang guru PPPK itu guru Bahasa Inggris. Jadi, saya minta fokus kesana. Bisa dibuatkan bimbingan belajar rutin,” kata Andi Purnomo.
Sementara itu, Kepala SD Negeri 4 Pucaksari I Ketut Dipayana mengatakan, untuk mendapat siswa pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024, pihak sekolah pun disebut telah melakukan pemetaan anak usia sekolah di banjar yang ada di wilayah sekolah. Namun, tidak ada anak yang ditemukan berusia sekolah atau berumur 6 tahun.
Dipayana menyebut, satu anak tersebut baru diterima setelah PPDB selesai. Minimnya pendaftar pun disebut, diakibatkan karena akses jalan menuju sekolah rusak. Akibat kondisi itu, orang tua siswa lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah yang ada di Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu.
“Ada keluhan seperti itu jalan rusak. Sempat tanya orang tua, alasannya jalan rusak was was keselamatan anak, mereka lebih cenderung ke Kekeran,” kata dia.
Kata Dipayana, rusaknya jalan tersebut telah terjadi sejak tahun 2019. Bahkan pihaknya sempat mengusulkan terkait kerusakan jalan tersebut di Musdes. Selain kerusakan jalan, banyak masyarakat di desa setempat merantau. Sehingga anak-anak yang ada di desa setempat bersekolah di tempat orang tua mereka merantau.
Meski saat ini siswa di sekolah minim, pihak sekolah disebut selalu maksimal untuk mendidik siswa. “Kami berupaya seoptimal mungkin dari sisi prestasi, ada anak kami menjuarai pidarta Bahasa Bali. Kami tetap mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di kabupaten,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 60 Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Buleleng kekurangan siswa pada tahun ajaran 2024-2025. Bahkan ada sekolah dasar yang tidak mendapatkan siswa selama masa penerimaan peserta didik baru. Kondisi itu terjadi karena jumlah penduduk yang ada di wilayah sekolah tersebut sedikit.
Sekolah yang tidak mendapatkan siswa yakni SD Negeri 4 Pucaksari, Kecamatan Busungbiu. Tak ada satupun yang mendaftar di sekolah tersebut, diduga karena jumlah penduduk di wilayah sekolah tersebut. Selain itu, lokasinya juga berada di pelosok.