Agustusan, Pedagang Bendera Musiman Mulai Ramai di Buleleng

Singaraja,koranbuleleng.com| Cuaca di Kota Singaraja begitu terik, siang itu. Restu, 25 tahun, beberapa kali harus mengusap keringatnya sambil merapikan bendera dagangannya. Ia merupakan, salah satu pedagang bendera musiman asal Garut, Jawa Barat, yang biasa membuka lapak di jalan protokol di Kota Singaraja, saat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tahun ini, merupakan tahun ke empat bagi Restu berjualan bendera di Buleleng. Ia memang selalu memanfaatkan Agustusan untuk menjual bendera. Di tahun ini, ia sudah berada di Kota Singaraja sejak 25 Juli lalu. Ia membuka lapaknya, di Jalan Ahmad Yani tepatnya di depan Puskesmas Buleleng I.

- Advertisement -

Kata Restu, datang ke Buleleng, bersama belasan pedagang lainya. Dimana setiap pedagang bisa membawa hingga 7 kodi bendera. Selain bendera, para pedagang dari Jawa Barat itu, juga menjual pernak-pernik merah putih lainnya seperti umbul-umbul atau backdrop dengan harga sekitar Rp 300 ribu.

“Kami bawa bendera dari Garut. Setiap orang membawa sekitar 5-7 kodi bendera. Harga yang kami tawarkan mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 75 ribu,” ujar Restu, Jumat, 2 Agustus 2024.

Restu menyebut, penjualan bendera sejak dua tahun belakangan ini terbilan sepi. Diduga hal itu terjadi, karena banyak masyarakat yang lebih memilih berbelanja secara daring atau online. Biasanya, penjualan bendera disebut baru akan ramai pada hari menjelang peringatan Hari Kemerdekaan. Meski demikian, mereka tetap optimis penjualan akan meningkat menjelang tanggal 17 Agustus nanti.

Pedagang lainya, Aceng, 51 tahun,  juga mengaku, sudah beberapa tahun berjualan di Buleleng pada momen menjelang HUT RI. Pada HUT RI ke-79 ini, ia membuka lapaknya di Jalan Pramuka, Singaraja.  “Saya sudah empat kali berjualan di sini. Biasanya mulai tanggal 26 Juli. Kami membawa sekitar 10-15 kodi bendera. Biasanya tanggal 1-4 Agustus mulai ramai. Jualan setiap hari bisa mencapai Rp 1 juta,” kata dia.

- Advertisement -

Aceng menyebut, para pedagang bendera ini umumnya bekerja dengan sistem komisi. Mereka diberikan harga pokok oleh pemilik bendera, kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi. Selisih harga tersebut menjadi keuntungan bagi mereka.

“Untungnya lumayan kalau laku banyak. Yang paling banyak dibeli adalah bendera berukuran 120 centimeter x 90 centimeter dengan harga Rp 30 ribu,” ucap Aceng. (*)

Pewarta: Kadek Yoga Sariada

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts