Singaraja, koranbuleleng.com|Sebanyak 18 orang siswa SMA/SMK dari 9 kecamatan di kabupaten Buleleng, belajar melukis Wayang Kaca Nagasepaha, Selasa, 20 Agustus 2024.Mereka dikenalkan cara untuk melestarikan seni Lukis wayang kaca yang sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng I Nyoman Wisandika mengatakan, kegiatan itu digelar pihaknya agar generasi muda mengenal dan bisa meneruskan seni lukis wayang kaca tersebut. Mengingat, di desa asalnya saat ini pelaku seni lukis wayang kaca sudah mulai berkurang.
“Kami ingin, warisan budaya ini agar tidak terputus. Karena saat ini jumlah perajinnya di Desa Nagasepaha sudah sedikit sekali, sudah perlu regenerasi dan pengembangan agar tidak punah nanti,” kata dia.
Belasan siswa yang ikut dalam kegiatan itu, diajari langsung seniman dan praktisi Made Wijana asal Desa Nagasepaha, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Dalam kegiatan itu, semua bahan yang digunakan telah disediakan oleh dinas.
Seniman Lukis Wayang Kaca Nagasepaha, Made Wijana mengakui, saat ini jumlah seniman di desanya sudah berkurang drastis. Bahkan, dari 20 seniman yang sebelumnya tercatat kini hanya tersisa 7 orang. Terus berkurangnya seniman itu, lantaran seni lukis ini dinilai kurang menjanjikan dari sisi ekonomi. Sehingga banyak senimannya beralih profesi mencari penghasilan lain.
“Seni lukis wayang kaca Nagasepaha ini satu-satunya di Bali, kami tetap komitmen mempertahankan. Kalaupun ada di Klungkung dan sekarang ada berkembang di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, asalnya ya dari desa kami Nagasepaha,” kata dia.
Kata Wijana, seni lukis Wayang Kaca Nagasepaha memang kesenian yang unik. Adapun dalam pengerjaannya, berbanding terbalik dengan melukis di kanvas atau kertas. Seniman lukis kaca, akan melukis dengan pola terbalik, terutama saat pewarnaan. Permukaan yang ditempeli warna cat minyak adalah bagian belakang gambar.
“Kalau melukis di kanvas atau kertas buat backgroundnya dulu baru detail kalau wayang kaca terbalik, buat detail dulu baru background. Sketsa juga, misal bagian kanan akan menjadi kiri karena pengerjaannya terbalik,” ujarnya.
Dengan workshop ini, pihaknya berharap bisa membangkitkan kembali seni lukis Wayang Kaca di kalangan generasi muda. Dia berharap, dinas bisa melakukan kegiatan ini secara berkelanjutan. Sehingga para peserta bisa mengasah kemampuan mereka. Mengingat, seni lukis ini membutuhkan waktu yang lama untuk dipelajari.
Sementara itu perwakilan SMA Laboratorium Undiksha Singaraja Ketut Ari Pradnyani dan made Citra Chelsia Putri mengaku, ikut dalam kegiatan tersebut karena ditunjuk oleh sekolahnya. Meski demikian, mereka ingin ikut karena merasa penasaran dan mencoba cara melukis di atas kaca.
“Kami sebelumnya sudah tahu lukis wayang kaca ini karena di rumah punya tapi tidak tahu cara membuatnya. Kami ditunjuk dan memang ingin juga ikut. Ya sekarang kami paham kenapa harganya lebih mahal dari lukisan biasa,” katanya.(*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada