Penyelarasan Pariwisata Selatan dan Utara Jadi Tantangan Pemimpin Bali Kedepan

Singaraja, koranbuleleng.com| Pemimpin yang menang di Pilkada 2024, disebut memiliki tantangan lebih berat dalam membangun di sektor ekonomi dan infrastruktur. Selain itu, pemimpin kedepan juga diminta untuk mencarikan solusi ketimpangan pariwisata antara selatan dan utara.

Salah satu Praktisi Pariwisata di Kabupaten Buleleng, Made Ngurah Wedana mengatakan, saat ini dari sektor pariwisata masih ada ketimpangan antara selatan dan utara. Padahal dari sisi potensi, pariwisata di Bali Utara disebut tidak kalah menariknya dengan di selatan. Hanya saja, pengelolaan yang ada selama ini hanya sebatas wacana semata.

- Advertisement -

Menurut Wedana, pengembangan pariwisata di Bali Selatan terlalu menumpuk dan dipaksakan. Hal itu berimbas pada kemacetan yang terjadi. “Maraknya pembangunan hotel di Bali selatan itu yang membuat kami merasa khawatir. Wisatawan tidak akan menikmati stay atau liburan selama ada di Bali, karena macet,” ujar Wedana, Selasa, 29 Oktober 2024.

Pihaknya berharap, pemimpin yang menang di Pilkada Bali dan Buleleng bisa mengedepankan pembangunan infrastruktur khususnya di bidang pariwisata. Saat ini, dengan adanya jalan baru Shortcut Singaraja-Mengwitani disebut cukup membantu mempercepat akses menuju Kota Singaraja.

“Jauhnya airport dengan destinasi wisata kita di buleleng merupakan salah satu kendala untuk mengembangkan , inilah kami harapkan siapapun yang terpilih agar memperhatikan ini,” ucap dia.

Kata Wedana, dengan topografi Buleleng yang nyegara gunung memiliki potensi dan keunggulan tersendiri. Hampir seluruh Kawasan yang ada, potensi Buleleng memang cukup bagus untuk dikembangkan. Hanya saja, untuk melakukan ini perlu komitmen yang tegas dari pemangku kepentingan yang ada.

- Advertisement -

“Kalau saya melihat, Buleleng Timur ada spiritual tourism, Buleleng bagian barat ada biota laut, terumbu karang. Pada bagian Selatan ada agrotourism. Ini sebenarnya kalau dikembangkan tentunya membutuhkan biaya yang cukup banyak. Namun sejak 15 tahun terakhir hanya sebatas wacana saja,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua PHRI Kabupaten Buleleng, I Putu Gede Parma mengatakan, untuk memajukan pariwisata di Buleleng, tata kelola atraksi wisata harus dibuat lebih profesional dan terstandarisasi. Sehingga seluruh kawasan wisata memiliki pakem pengelolaan yang sama.

“Pemimpin Bali ke depan harus lebih berani meminta lebih banyak support dari pemerintah pusat baik itu anggaran maupun insentif dan program yang dapat dirasakan oleh masyarakat,” katanya dihubungi terpisah.

Parma menyebut, over tourism yang terjadi saat ini menjadi salah satu tantangan tersendiri para calon pemimpin nantinya. Pemerintah Bali pun disebut harus berani mengambil langkah untuk melakukan moratorium atau penghentian sementara pendirian fasilitas akomodasi dan restoran utamanya di wilayah yang sudah padat.

“Pemimpin harus berani mengembalikan peran dan fungsi kepariwisataan bali yg berlandaskan budaya dan berfilosi Tri Hita Karana, pemimpin harus berani bergerak untuk “Kembalikan Bali Ku”, jangan biarkan Bali menjadi benteng yang terbuka bahkan benteng yang menuju jebol,” kata dia.(*)

Pewarta: Kadek Yoga Sariada

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts