Singaraja, koranbuleleng.com | Kampanye Calon Gubernur Bali nomor urut 2, Wayan Koster di Desa Adat Penarukan, Kelurahan Penarukan, Singaraja disambut gegap gempita, Selasa (5/11/2024). Koster didampingi Cawabup Buleleng, Gede Supriatna disambut dengan hentakan tetabuhan Baleganjur dan penari hanuman.
Dua Politisi PDI Perjuangan Buleleng yang kini duduk di DPRD Bali, Gede Kusuma Putra dan Kadek Setiawan juga mendampingi Koster dan Supriatna, termasuk juga Wayan Someadnyana yang kini duduk di DPRD Buleleng.
Dalam kampanye di Penarukan, Koster mengajak warga untuk memilih pasangan Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bali dan pasangan I Nyoman Sutjidra dan Gede Supriatna sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati Buleleng.
“Gede Supriatna ini kader lama, orangnya baik juga. Memimpin Bali tidak hanya harus mampu membuat konsep, tetapi juga harus punya komitmen untuk menjalankan program kerja dengan baik. Kami siap ngayah untuk memimpin Bali kedepan,” terang Koster.
Koster melanjutkan, kepemimpinan dirinya di periode pertama telah dijalankan dengan baik. Seluruh program berjalan dan akan kembali disempurnakan pada periode kedua setelah terpilih menjadi Gubernur Bali pada pilkada serentak 2024.
Menurut Koster, melalui visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, sejak saat itu konsep niskala menjadi salah satu kebijakan untuk membangun peradaban Bali.
“Tatanan parahyangan, tata upakara untuk menjaga budaya, adat dan tradisi serta kearifan lokal Bali dengan spiritualnya agar Bali tetap metaksu, tenget dan beraura, kita jaga dengan kuat. Kenapa?, Supaya Bali terus memilki daya tarik kuat bagi indonesia dan dunia.“ terangnya.
“Sejumlah peraturan gubernur dibuat untuk menjaga keseimbangan Bali,” lanjut dia.
Koster menjanjikan jika sudah terpilih, akan meningkatkan anggaran bagi desa adat di seluruh Bali. Dulu di era pertama, bantuan senilai Rp300 juta per desa adat setiap tahun, akan meningkat menjadi minimal Rp350 juta. “Dua puluh lima juta khusus untuk pembinaan yowana atau generasi muda di desa adat. ini penting,” tambahnya.
Yowana ini, kata Koster adalah generasi yang akan melanjutkan dan mewarisi pembangunan Bali kedepan. Mereka akan menjaga dan memperkuat Bali melalui desa adat kedepannya. “Desa adat adalah kunci untuk eksistensi Bali,” ucapnya.
Di Bali, saat ini ada 1500 desa adat, yang sudah terbentuk ribuan tahun silam. Bali masih menjadi daerah yang memiliki desa adat di Indonesia. Karena itulah,kata Koster di era dirinya Desa adat terus diperkuat dan menjadi benteng pertahanan, berjalannya kearifan lokal di Bali. “Jangan main-main dengan desa adat, jangan ada yang mencoba merendahkan desa adat di Bali, Tidak boleh,’ tegas Koster.
Pada periode pertama juga, kata Koster telah memperkuat identitas dan karakter Bali melalui program pembumian produk lokal Bali.
Dia menginisiasi penggunaan busana khas Bali pada hari Kamis, purnama dan tilem dan hari-hari tertentu. Penggunaan busana khas Bali seperti endek, tenun songket dan lainnya berdampak besar pada roda pergerakan ekonomi di Bali. “Busana adat Bali itu identitas kita, kepribadian atas budaya kita. sekarang banyak tumbuh perajin busana adat Bali, jadi ekonominya bergerak.” terang dia.
Bukan hanya busana adat Bali, namun produk lokal lain juga diperkuat seperti minuman khas Bali yakni arak, garam Bali, anjing ras Kintamani, dan buah-buahan khas Bali. Di hotel-hotel kini sudah banyak memanfaatkan arak Bali sebagai salah satu bahan untuk cocktail. “Jadi saya tidak berwacana, sudah membuktikan.” Katanya.
Kedepan kata Koster, akan menjalankan program restorasi parahyangan Pura Besakih. Konsepnya sudah dibuat dan tinggal dijalankan jika sudah terpilih. Pura Besakih selama ini dianggap sebagai pura penyatuan umat Hindu seluruh Indonesia. “Besakih sebagai pura penyatuan harus dibangun dengan standar kualitas yang sama. Arsitektur dikembalikan pada warisannya sampai pada detil ukirannya. Sudah dirancang, itu yang akan dikerjakan paling awal nanti.” kata Koster.
Dia juga akan membangun parkir untuk mengurai kepadatan di Pura Ulun Danu Batur dan membangun jalan baruuntuk menghubungkan menuju Pura Besakih sehingga warga akan merasa nyaman untuk menjalankan persembahyangan.
“Jadi sudah ada konsep membangun, pantesne sing perlu toleh kiri kanan, jeg menangkan Koster Giri dan Sutjidra Supriatna.” ajak Koster. (*)