Bilah Jegog Jadi Karya Seni Prasmilogi

Singaraja, koranbuleleng.com| Jegog alat musik tradisional asal Kabupaten Jembrana, kini semakin indah dengan gambaran dimasing-masing bilahnya. Kesenian tersebut, kini menjadi salah satu karya seni yang ditampilkan di Galeri Paduraksa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Undiksha.

Karya tersebut dibuat oleh I Kadek Agus Reka Biambara Putra, 21 tahun. Dalam karya seni yang menggunakan tehnik prasimologi itu, ia menggambar bilah jegog dengan menceritakan sejarah alat musik tersebut pada masing-masing bilahnya. 

- Advertisement -

Reka mengatakan, dalam membuat karya seni tersebut membutuhkan waktu 8 bulan. Mulai dari proses riset, mencari bambu, hingga proses menggambar. Pertama-tama ia melakukan penelitian sejarah jegog terlebih dahulu, kemudian divisualisasikan di atas alat musik jegog. 

“Dalam membuat kaya ini, sayang menggunakan metode research based artwork atau karya berbasis penelitian,” ujarnya, Minggu, 5 Januari 2024. 

Dalam karyanya yang berjudul ‘Ndong-Ndeng-Ndung-Nding’ itu,  menggunakan empat bilah bambu yang menurutnya mewakili semua instrumen. Empat bilah bambu ini merupakan nada dasar, yakni Ndong-Ndeng-Ndung-Nding.

Di setiap bilahnya, digambar dengan menceritakan bagaimana sejarah jegog. Mulai dari awal mula ditemukan oleh Kiyang Geliduh ketika mencari kayu bakar di hutan, yang divisualkan pada bilah bambu Ndong. Serta cerita lainnya, pada bilah lainnya. Seluruh cerita sejarah ini divisualisasikan menggunakan teknik pirografi (pyrography) atau seni membuat gambar dari hasil pembakaran. 

- Advertisement -

Kata Reka, dalam membuat gambar itu ia menggunakan logam seperti jarum yang dialiri listrik, untuk menciptakan pembakaran di media bambu. Proses visualisasi pun diakui membutuhkan kesabaran ekstra. 

“Biasanya prasi digambar di lontar. Namun saya eksplor lagi, dan mencari tahu apakah (menggambar di media bambu) ini dikategorikan seni prasi. Ternyata ini dikategorikan sebagai seni prasi karena bercerita dan detail,” kata dia.

Pemuda asal Desa Budeng, Kecamatan/Kabupaten Jembrana menyebut, untuk bambu yang digunakan dalam karyanya merupakan bambu jenis petung. Bambu ini ia dapatkan dari wilayah Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Dalam penyesuaian nada, pemuda ini meminta bantuan kepada pengerajin jegog. Meski telah diukir, jegog tetap bisa dimainkan dan tidak akan mengubah nada.

Reka menambahkan, dengan karya ini ia ingin menghidupkan kembali sejarah Jegog dalam bentuk visual yang lebih kontemplatif, yang dapat dinikmati tidak hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai sarana edukasi dan pelestarian budaya. 

“Melalui karya ini pula diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai pentingnya seni Jegog dalam konteks sejarah dan budaya, serta memperkenalkan Seni Prasi sebagai bentuk seni visual yang tak lekang oleh waktu,” kata dia.(*)

Pewarta: Kadek Yoga Sariada

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts