Batur, koranbuleleng.com | Warga Desa Adat Batur menggelar Puncak Maligia Ida Bhatara Hyang Kawanan (rangkaian Palebon Palinggih Dane Jero Gede Kawanan (Alitan) Batur setelah melalui proses palebon beberapa waltu lalu. Puncak Maliga dilaksanakan pada Selasa, 4 Februari 2025. Upacara berlangsung khusuk menghadirkan upacara yang khas dengan nuansa ala Batur (Bebaturan).
Upacara Maligia Ida Bhatara Hyang Kawanan (gelar suci pascaupacara palebon Palinggih Dane Jero Gede Batur Kawanan) telah dimulai sejak 30 Januari 2025 atau enam hari setelah Puncak Upacara Palebon atau enam hari setelah puncak upacara palebon.
Pengemong Pura Ulun Danu Batur, Jero Penyarikan Duuran Batur seizin Palinggih Dane Jero Gede Batur Duhuran serta didampingi Kasinoman Desa Adat Batur, Guru Nyoman Sentana, mengatakan pada 30 Januari 2025 dilaksanakan upacara netegang, ngingsah, mapangalang, dan ngadegang sunari. Selanjutnya, pada 1 Februari 2025 dilaksanakan pepada wewalungan dan nyambut-ulapin di Segara Pasinggahan.
“Pada 2 Februari 2025 dilaksanakan caru balik sumpah dan mlaspas wewangunan di Tegal Suci Batur, serta upacara nunas don bingin di Pura Dalem Agung Batur,” ucap dia.
Upacara kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan ngadegang dan mendak Bhatara Lingga di Pura Jati, ngajum puspalingga, mapeed, serta mamineh. “Ritual ngadegang dan mendak Bhatara Lingga di Pura Jati bisa dikatakan sangat khas Batur apabila dibandingkan dengan ritual maligia di tempat lain. Ini karena kami (masyarakat adat Batur, red) adalah masyarakat Bali Mula yang tidak memiliki nabe sakala, melainkan nabe kami adalah Ida Bhatara Sakti Pura Jati. Maka, ketika pelaksanaan maligia ini dimohonlah kehadiran beliau untuk ngupasaksi (menyaksikan) upacara ini dalam wujud sebagai Bhatara Lingga,” kata Jero Penyarikan.
Upacara ngadegang Bhatara Lingga digelar langsung di Pura Jati yang di-pendak (disambut) gong gede, dan piranti adat lainnya. Upacara mendak melibatkan masyarakat adat dari unsur tempekan-tempekan adat di Desa Adat Batur.
Usai dilaksanakan upacara ngajum puspalingga di Jaba Tengah Pura Ulun Danu Batur, Bhatara Lingga Pura Jati bersama-sama diusung mapeed seperti pelaksanaan Pepada Agung Ngusaba Kadasa menuju Tegal Suci (genah payadnyan). Rute yang dilalui adalah Jaba Tengah Pura Ulun Danu Batur, batas selatan mandala utama Desa Ada Batur (batas permukiman selatan), batas utara mandala utama Desa Adat Batur (batas permukiman utara), dan genah payadnyan. Di Tegal Suci atau tempat yadnya dilaksanakan upacara mamineh dan murwa daksina.
“Puncak upacara maligia pada tanggal 4 Februari 2025 dengan rangkaian acara dimulai pagi hari berupa ngening atau mendak toya ke Pura Pelisan. Ritual ini diikuti oleh ribuan krama ada Batur seperti Tempek Jero Gambel dengan gong gedenya, Tempek Jero Batu dengan baris Batur, Tempek Jero Batu Dangin Rurung-Dauh Rurung dengan mamas pangawanin, Tempek Jero Undagi dengan gong angklung, Tempek Roban-Dahabung Batur, termasuk pemuda-pemudi yang madeeng payas Bebaturan,” jelasnya.
Puncak upacara maligia berlangsung khusuk dengan dipimpin oleh dua orang Ida Pedanda Siwa dan seorang Ida Pedanda Budha. Upacara dilengkapi dengan tarian sakral seperti tari Baris Batur, Rejang Batur, topeng wali, wayang, gambang, dan sebagainya. “Puncak upacara maligia terdiri atas ritual tedun puspalingga dan murwa daksina yang pujanya dihantarkan oleh tiga sulinggih, yakni dua sulinggih Siwa dari Bangli dan seorang sulinggih Budha dari Nongan, Karangasem,” katanya.
Setelah puncak upacara maligia, pada tanggal 5 Februari 2025 akan dilaksanakan upacara ngirag sekah dan nganyut. Upacara nganyut akan dilaksanakan di Segara Pasinggahan, Klungkung. Selanjutnya, pada tanggal 7 Februari 2025 akan dilaksanakan ritual mendak nuntun dan nglinggihang Ida Bhatara Hyang.
“Setelah malinggih di Merajan Agung Bukitan-Bukutan, kami memberikan ruang bagi krama Desa Adat Batur, krama Batun Sendi Ida Bhatari, kram Pasihan Ida Bhatari, serta umat Hindu untuk ngaturang sembah bakti ke hadapan Ida Bhatara Hyang Kawanan pada tanggal 8 hingga 10 Februari 2025,” pungkas Jero Penyarikan. (*)