Hari Raya Pagerwesi Momentum Refleksi Kebijaksanaan dalam Era Digital

Singaraja, koranbuleleng.com | Hari Raya Pagerwesi yang dirayakan setiap Rabu Kliwon Wuku Shinta selalu menjadi perayaan yang penuh makna bagi masyarakat Buleleng. Dirayakan setiap 210 hari sekali dalam kalender Pawukon, Pagerwesi secara simbolis bermakna “pagar dari besi”, yang menjadi benteng spiritual dan intelektual dalam menjaga manusia dari pengaruh negatif kehidupan.

Akademisi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja, I Made Bagus Andi Purnomo, menegaskan bahwa Pagerwesi bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi refleksi penting dalam memperkuat kebijaksanaan di tengah arus globalisasi. Di era kemajuan teknologi yang begitu pesat, perayaan ini mengingatkan bahwa kebijaksanaan harus menjadi pondasi dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

- Advertisement -

“Kebijaksanaan bukan hanya soal kecerdasan intelektual, tetapi juga kemampuan mengambil keputusan yang benar, etis, dan berkelanjutan,” ujarnya, Selasa, 11 Februari 2025.

Menurut Purnomo, perayaan ini semakin relevan dalam kondisi dunia saat ini yang dipenuhi dengan perkembangan teknologi dan informasi, termasuk maraknya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ia menyebut bahwa kebijaksanaan (jnanam) adalah benteng utama untuk menjaga manusia tetap berada di jalan kebenaran (dharma) dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Lebih lanjut, Purnomo menekankan bahwa kebijaksanaan memiliki makna universal yang tidak terbatas pada umat Hindu saja. Filosofi Tri Hita Karana yang mengajarkan harmoni antara manusia, lingkungan, dan Tuhan, sejalan dengan nilai-nilai global yang menekankan pentingnya keberlanjutan dan keseimbangan hidup.

“Pagerwesi tidak sekadar ramai dengan ritual dan upacara. Ini adalah waktu yang tepat untuk refleksi diri, menguatkan solidaritas sosial, serta meningkatkan kesadaran dalam menjaga alam, termasuk upaya penanganan sampah yang masih menjadi persoalan serius,” kata dia.

- Advertisement -

Purnomo juga mengutip filsuf Yunani, Plato, yang menyebut kebijaksanaan sebagai pemahaman terhadap bentuk tertinggi dari kebaikan (the form of the Good). Dalam konteks lokal Bali, kebijaksanaan diwariskan melalui nilai-nilai budaya dan ritual yang dijaga turun-temurun, seperti keseimbangan hidup (rwa bhineda) dan harmoni sosial.

Dengan nilai-nilai luhur yang diusungnya, Pagerwesi menjadi pengingat bahwa kebijaksanaan adalah fondasi utama dalam menghadapi era global yang penuh dengan tantangan dan perubahan. Perayaan ini tidak hanya tentang ritual, tetapi juga momentum untuk memperkuat spiritualitas dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

“Jika kebijaksanaan ini benar-benar diterapkan, kita tidak hanya akan mencapai kedamaian dunia, tetapi juga moksartham jagadhita, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat,” ucap dia. (*)

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts