Singaraja, koranbuleleng.com – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Buleleng mengeluarkan seruan terkait pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Caka 1947 yang jatuh pada tahun 2025. Seruan ini juga mengatur tata cara pelaksanaan shalat tarawih dan takbiran bagi umat Islam, mengingat Nyepi kali ini bertepatan dengan Bulan Ramadhan 1446 Hijriah.
Ketua FKUB Kabupaten Buleleng, I Gde Made Metra, menegaskan bahwa seruan ini tidak hanya untuk umat Hindu yang merayakan Nyepi, tetapi juga untuk seluruh masyarakat. Ia berharap, dengan adanya kesepahaman ini, kejadian seperti yang terjadi saat Nyepi tahun 2023 lalu tidak akan terulang kembali.

“Penekannya agar umat yang tidak beragama Hindu, juga ikut menyiapkan kondisi sesuai dengan seruan. Tidak ada aktivitas sesuai dengan catur brata penyepian. Ini sudah disepakati bersama, bahwa itu tidak untuk Hindu saja, namun untuk seluruh umat manusia termasuk menjaga kedamaian di Bali,” ujarnya usai rapat penyusunan seruan di Kantor FKUB Buleleng, Rabu, 19 Februari 2025.
Isi Seruan FKUB Buleleng
Seruan FKUB Buleleng yang tertuang dalam nomor: 400.8/02/II/FKUB Buleleng/2025 mencakup 10 poin utama. Beberapa di antaranya adalah:
- Umat Hindu diimbau untuk melaksanakan rangkaian Nyepi dengan khidmat dan khusyuk.
- Selama Nyepi, layanan transportasi, siaran radio dan televisi, serta penyedia jasa provider tidak beroperasi mulai Sabtu, 29 Maret 2025 pukul 06.00 Wita hingga Minggu, 30 Maret 2025 pukul 06.00 Wita.
- Masyarakat dilarang bepergian, menyalakan petasan, pengeras suara, serta lampu.
- Jasa hiburan dan wisata di Kabupaten Buleleng tidak diperkenankan mempromosikan usaha dengan branding Nyepi.
- Keamanan dan ketertiban Nyepi menjadi tanggung jawab prajuru adat, aparat desa, pecalang, Bakamda, serta petugas keamanan tempat ibadah.
Aturan Khusus untuk Tarawih dan Takbiran
Dalam poin ke-8 seruan tersebut, karena Nyepi bertepatan dengan Bulan Ramadhan, umat Islam diminta melaksanakan shalat tarawih dan takbiran di masjid terdekat dengan sejumlah ketentuan:
- Menuju masjid dengan berjalan kaki.
- Pelaksanaan ibadah menggunakan penerangan terbatas tanpa pengeras suara.
- Shalat tarawih dan takbiran hanya boleh dilakukan antara pukul 20.00 Wita hingga 22.00 Wita.
Selain itu, apabila perhitungan sidang isbat menetapkan Hari Raya Idul Fitri maju dan bertepatan dengan Nyepi, maka pelaksanaan takbiran hanya boleh dilakukan di masjid tanpa pengeras suara dan tidak boleh ada kirab takbiran.

“Jika berdasarkan sidang isbat, malam takbiran tanggal 29, seperti di poin 8 supaya dilakukan di masjid tanpa pengeras suara. Juga tidak ada kirab,” ujar Metra.
Sosialisasi Dipercepat
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Buleleng, Komang Kappa Tri Aryandono, menyatakan bahwa seruan ini dikeluarkan lebih awal agar masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku.
“Kami menindaklanjuti seruan FKUB Provinsi Bali, sehingga pada hari ini kita kumpulkan semua tokoh agama. Harapan kami, kita ada waktu lebih panjang sosialisasi ke masyarakat,” kata Aryandono.(*)
Pewarta :Kadek Yoga Sariada