Singaraja, koranbuleleng.com| Sepinya pembeli di lantai dua Pasar Banyuasri, Kelurahan Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, terus menjadi keluhan para pedagang. Sejak pasar ini diresmikan pada Maret 2021, lantai dua tak kunjung ramai, membuat banyak pedagang merugi dan bahkan memilih menutup los dagangannya.
Di tengah kondisi ini, banyak pedagang hanya bisa duduk termenung tanpa ada interaksi dengan pembeli. Sebagian besar dagangan mereka jarang laku, sementara biaya retribusi tetap harus dibayar setiap hari. Kondisi ini semakin memperburuk keadaan ekonomi para pedagang.

Salah satu pedagang, Ida Bagus Ketut Kundu, yang menjual aksesoris, tas, dan jam tangan, mengaku kesulitan bertahan karena sepinya pembeli. Dia harus tetap membayar retribusi harian Rp7 ribu, bulanan Rp60 ribu, dan tahunan Rp90 ribu, meskipun penghasilannya jauh dari kata cukup.
“Hasil jualan di sini tidak sebanding dengan biaya retribusi. Bahkan modal yang saya kumpulkan saat berjualan di pasar darurat dulu hampir habis,” ujarnya.
Pria asal Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng ini memiliki tiga kios di Pasar Banyuasri. Menurutnya, meskipun tidak berjualan, biaya retribusi tetap harus dibayar, sehingga banyak pedagang yang kewalahan.
Kundu berharap Pemkab Buleleng bisa mengambil langkah strategis untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke lantai dua. Salah satu usulan yang pernah muncul adalah merelokasi pedagang bunga ke lantai dua. Menurutnya, pedagang bunga berkaitan erat dengan kebutuhan upacara adat di Bali, sehingga bisa menjadi daya tarik bagi pembeli lain.

“Dulu sempat ada rencana pedagang bunga dipindah ke lantai dua, tapi batal. Kalau jadi dipindah, mungkin bisa membantu meningkatkan kunjungan ke sini,” katanya.
Direktur Utama PD Pasar Argha Nayottama Buleleng, I Putu Suardhana, mengakui bahwa pedagang kios di dalam pasar memang kalah bersaing dengan pedagang yang berjualan di luar. Fenomena ini sudah terjadi sejak lama, dan pihaknya berencana segera berkoordinasi dengan Bupati Buleleng untuk mencari solusi terbaik.
Salah satu upaya yang tengah dirancang adalah menghadirkan food court di lantai dua Pasar Banyuasri. Dengan konsep ini, diharapkan pengunjung lebih tertarik datang dan akhirnya berdampak pada peningkatan transaksi di kios-kios yang selama ini sepi.
“Lantai dua akan kami buat ramai secara bertahap. Rencananya, food court akan ditempatkan di sana untuk menarik lebih banyak pengunjung,” ujar Suardhana.
Terkait kebijakan retribusi, Suardhana menjelaskan bahwa pedagang di luar pasar dikenakan biaya lebih kecil karena status mereka sebagai pedagang musiman. Namun, pihaknya berupaya mencari solusi agar keberadaan pedagang di dalam dan luar pasar tetap seimbang.
“Memang ini realita yang kami hadapi sejak lama. Kami terus berupaya mencari terobosan agar semua bisa merasakan keuntungan yang seimbang,” pungkasnya.
Dengan berbagai upaya ini, diharapkan Pasar Banyuasri bisa kembali hidup dan memberikan kesejahteraan bagi para pedagang yang telah lama berjuang di tengah tantangan sepinya pembeli. (*)