Singaraja, koranbuleleng.com | Ketut Budi Adnyana, pengusaha yang bergerak bidang konstruksi ini terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) kabupaten Buleleng periode 2025-2030 pada Musyawarah Cabang (Muscab) X BPC Gapensi Buleleng, Senin 17 Maret 2025. Budi Adnyana kini mengemban tugas berat untuk membangun dunia usaha bidang konstruksi di Buleleng ditengah kelesuan ekonomi.
Dia sendiri mengakui harus menghadapi tantangan tersebut dengan strategi meningkatkan profesionalisme dari perusahaan jasa konstruksi serta membangun soliditas.

Jika dibandingkan beberapa tahun silam, anggota Gapensi Buleleng mencapai ratusan perusahaan, namun seiring dengan kondisi ekonomi dan persaingan usaha yang ketat jumlah keanggotaan terus menurun. Kini jumlah anggota Gapensi Buleleng hanya mencapai 41 anggota.
Sementara Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna mengatakan Pengusaha konstruksi di Kabupaten Buleleng, saat ini dinilai kalah bersaing dengan pengusaha di wilayah lain di Bali. Pemkab Buleleng pun disebut akan mengusahakan untuk meningkatkan iklim bisnis konstruksi.
Hal itu dia ungkapkan usai membuka Musyawarah Cabang (Muscab) X BPC Gapensi Buleleng.
Supriatna mengatakan, saat ini iklim usaha kontruksi di Buleleng masih kurang bagus. Para pengusaha konstruksi Buleleng, disebut kalah pamor dari pengusaha yang berasal dari wilayah Karangasem, Jembrana, Denpasar, Gianyar, hingga Klungkung. Pemkab Buleleng pun disebut akan mengusahakan agar jasa konstruksi semakin membaik.

Dengan adanya mandatory spending, yang harus menganggarkan 40 persen APBD Buleleng untuk infrastruktur, diharapkan bisa menjadi salah satu upaya mengembangkan perusahaan konstruksi. “Tahun 2027 tercapai mandatory spending Kabupaten Buleleng dari APBD. Semoga berdmapak pada peningkatan jasa konstruksi bisa berkembang lagi,” ujarnya.
Supriatna menyebut, dalam proyek-proyek pemerintah di Buleleng pihaknya sejatinya ingin agar proyek tersebut digarap oleh pengusaha lokal. Namun karena regulasi pengadaan dilakukan secara terbuka, sehingga perusahaan di Buleleng sering kalah saing dengan perusahaan lain.
“Kita tidak bisa banyak intervensi, biarlah mereka komunikasi persoalan ini. Bagaimana kegiatan jasa konstruksi dapatkan dan dikerjakan oleh perusahaan dari Buleleng. Regulasi pengadaan barang dan jasa sudah terbuka sekali, bisa diakses seluruh wilayah di Indonesia,” kata dia.
Sementara, Ketua BPC Gapensi Buleleng periode 2021-2025, Nyoman Gede Wandira juga mengakui, saat ini belum ada perusahaan konstruksi di Buleleng yang bisa bersaing dalam proyek-proyek besar.
Ia menyebut, sebelumnya ada perusahaan konstruksi besar di Buleleng namun kini perusahaan tersebut jusru pindah berkantor di Denpasar karena peluang proyek konstruksi yang lebih banyak. Selain itu, kurang berkembangnya perusahan kontruksi ini dikarenakan adanya persaingan kurang sehat antar perusahaan.
“Kalau kita cermati Buleleng tidak bisa berkembang pesat dari sisi SDA, kita lihat pengusaha yang besar lahir di Karangasem, karena punya galian C luar biasa. Kedua dari Tabanan, Denpasar, Gianyar sumber daya finansial yang luar biasa. Juga karena pertarungan tidak sehat, ujung-ujungnya pekerjaan dapat, tapi keuntungan yang tidak dapat,” ujar Wandira.
Kata Wandira, saat ini jumlah anggota Gapensi Buleleng sebanyak 41 anggota. Dengan anggota yang tidak terlalu banyak itu, diharapkan bisa menumbuhkan persaingan yang lebih profesional. Selain itu, peran pemerintah sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan konstruksi di Buleleng.
“Tahun 2027 mandatory spending anggaran infrastruktur 40 persen. Kalau sekarang APBD 2,5 Triliun, 40 persen itu sekitar Rp 1 Triliun. Kalau digunakan digunakan belanja infrastruktur di Buleleng akan bisa tersenyum semua,” kata dia. (*)
Pewarta : Kadek Yoga Sariada