Denpasar, koranbuleleng.com | Pendampingan orang tua terhadap anak menjadi aspek krusial di era digitalisasi yang kini mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Hal ini disampaikan oleh akademisi Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Dr. I Gusti Ayu Ratna Pramesti Dasih, S.Sos., M.Si, saat memberikan materi dalam Pengabdian Masyarakat Mandiri Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Hindu UHN I Gusti Bagus Sugriwa angkatan 2024/2025 di Yayasan Lentera Anak Bali, Lantai Tiga Pasar Kumbasari, Denpasar, Minggu 23 Maret 2025.
Dr. Ratna menekankan bahwa orang tua perlu hadir sejak anak mulai mengenal media sosial, terutama di usia yang masih sangat dini. Ia mengingatkan bahwa media sosial memiliki dampak positif sekaligus negatif, seperti risiko perundungan dan penipuan yang bisa terjadi tanpa disadari anak-anak.

“Dengan kehadiran orang tua, anak menjadi lebih paham terhadap kebutuhannya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mendampingi mereka agar tidak salah jalan dalam menentukan apa yang sesuai dengan usianya,” jelasnya.
Terkait usia ideal bagi anak untuk menggunakan media sosial, Dr. Ratna menyebutkan bahwa di era digitalisasi ini sulit memberikan batasan umur yang baku. Namun, ia menegaskan bahwa pendampingan orang tua tetap menjadi kunci utama dalam membimbing anak-anak dalam dunia digital.
“Belajar sekarang juga memerlukan teknologi dan media sosial. Tetapi, untuk memastikan ruang gerak anak tetap sesuai, pendampingan orang tua sangat penting,” tegasnya.
Sementara itu, Penanggung Jawab Sanggar Belajar dan Taman Baca Yayasan Lentera Anak Bali, Ni Nyoman Sukardi, mengapresiasi kepedulian UHN I Gusti Bagus Sugriwa dalam berbagi ilmu dengan anak-anak di yayasan tersebut. Ia menyatakan bahwa dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk membantu mengembangkan minat dan bakat mereka.

Saat ini, yayasan tersebut membina sekitar 45 anak yang merupakan anak dari tukang suwun (buruh junjung) di Pasar Badung dan Pasar Kumbasari. Setiap Minggu pukul 10.00–12.00 Wita, mereka diajak belajar di sanggar.
“Kami menyiapkan relawan tetap untuk membina mereka jika tidak ada pihak lain yang datang,” ujar Sukardi.
Melalui sanggar ini, wanita asal Gianyar tersebut berharap anak-anak lebih siap mengikuti pelajaran di sekolah masing-masing tanpa merasa minder terhadap teman-teman dari latar belakang sosial berbeda.
“Di sini kami mengajarkan calistung (membaca, menulis, dan berhitung) untuk anak-anak yang lebih kecil, sedangkan yang lebih besar juga diajarkan Bahasa Inggris,” tambahnya.
Sebagian besar anak yang belajar di sanggar ini sudah bersekolah di tingkat SD. Namun, ada juga yang seharusnya sudah masuk TK tetapi belum mendapatkan kesempatan untuk bersekolah.
“Di sini mereka belajar sebelum masuk SD, sehingga memiliki bekal yang cukup sebelum memulai pendidikan formal,” tutupnya. (*)
Pewarta : Tim koranbuleleng.com