Singaraja, koranbuleleng.com | Mentari pagi menyapa lembut Kota Singaraja, membentangkan sinar keemasan yang menari di atap-atap rumah. Angin membawa aroma khas rempah-rempah, berpadu dengan wangi masakan yang mengepul dari dapur-dapur warga Kampung Jawa, Kelurahan Kampung Singaraja. Suasana hangat itu berpuncak di Masjid Nurahman, tempat umat Muslim bersiap menyambut hari kemenangan dengan sukacita.
Di sudut-sudut kampung, hidangan khas Idul Fitri telah tersaji. Urab dengan kelapa parutnya yang gurih, daging ayam dengam bumbu Bali yang harum, serta campuran olahan lain yang kaya rempah, siap disantap dalam kebersamaan.

Makanan-makanan yang menggoda lidah itu akan menemani umat Muslim yang saat menyantap makanan bersama dalam tradisi megibung setelah sholat Id saat merayakan hari raya Idulfitri, Senin, 31 Maret 2025.
Ya, hari ini adalah momen istimewa bagi umat Muslim, merayakan Idul Fitri 1446 Hijriah. Di Kampung Singaraja atau sering disebut Kampung Jawa, warga melaksanakan shalat Id berjamaah di masjid, kemudian berlanjut dengan megibung. Tradisi makan bersama dikampung ini telah berlangsung selama ratusan tahun, diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Warga setelah Sholat Id duduk bersila menikmati hidangan khas Idulfitri seperti opor ayam, nasi kuning, dan nasi briyani itu diatas nampan. Seluruh makanan itu disiapkan secara sukarela oleh masyarakat. Tradisi ini bukan sekadar perjamuan, melainkan juga bukti nyata kuatnya toleransi beragama di Buleleng.
Tokoh masyarakat Kelurahan Kampung Singaraja, Agus Murjana, menjelaskan bahwa tradisi megibung ini telah diwariskan turun-temurun sebagai bentuk mempererat tali silaturahmi dan berbagi rezeki. “Ini tradisi dari tahun ke tahun, warisan dari para leluhur kami dan terus kami lestarikan,” ujarnya.

Keberadaan umat Muslim di Kampung Jawa sendiri telah ada sejak abad ke-17, erat kaitannya dengan sejarah Kerajaan Buleleng. Selama berabad-abad, masyarakat Muslim di kampung ini hidup berdampingan dengan umat Hindu dan agama lainnya dalam harmoni.
Biasanya, dalam pelaksanaan megibung ini, keluarga Puri Buleleng turut hadir di tengah-tengah umat sebagai wujud kebersamaan. Namun, tahun ini, keluarga puri berhalangan hadir karena kesibukan, mengingat perayaan Idul Fitri berdekatan dengan Hari Raya Nyepi.
Meski demikian, Murjana menyebut bahwa Penglingsir Puri Buleleng tetap memberikan restu agar tradisi ini terus dijalankan demi menjaga harmoni dan toleransi antarumat beragama.
“Kami selalu matur dan memohon doa restu dengan Puri Buleleng. Segala aktivitas yang dilakukan, kami selalu minta petunjuk dan arahan dari Penglingsir Puri Buleleng. Atu Penglingsir memberikan beberapa petuah, yang intinya tetap melestarikan tradisi megibung ini,” kata Murjana. (*)
Pewarta : Kadek Yoga Sariada