Singaraja, koranbuleleng.com | Plt Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Putu Ariadi Priadi, menegaskan bahwa keputusan menaikkan dan meluluskan siswa sepenuhnya menjadi kewenangan sekolah. Guru memiliki hak tidak menaikkan siswa jika mereka belum menguasai kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung (calistung).
Menurut Ariadi, tidak ada surat edaran atau aturan yang mewajibkan sekolah meluluskan siswa secara otomatis. Ia meminta agar sekolah memberikan penilaian yang objektif terhadap kemampuan setiap siswa.

“Kalau belum bisa baca dan menulis harus dipertimbangkan. Tidak ada surat edaran harus meluluskan. Karena ini ketentuan dan ada di undang-undang, bukan hal baru. Satuan pendidikan harus memahami saja,” katanya usai menghadiri rapat di DPRD Buleleng, Senin, 5 Mei 2025.
Disdikpora Buleleng mencatat, sebanyak 375 siswa SMP dan 842 siswa SD masih belum mampu membaca, menulis, dan berhitung. Pemerintah daerah menggandeng Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Undiksha untuk melakukan pendampingan intensif terhadap siswa tersebut di 60 SMP dan sejumlah SD di Buleleng.
Dalam program ini, setiap siswa akan didampingi oleh satu mahasiswa dan satu dosen. Langkah awal berupa screening kondisi fisik dan psikis siswa menggunakan metode yang dikembangkan oleh FIP Undiksha.
“Ini dilakukan screening untuk mengetahui kondisi fisik dan psikis. Setelah itu akan dibahas metode pendampingan. Paling lama lima hari sudah ada hasil,” jelas Ariadi.

Pemerintah juga menjadwalkan tes psikologi terhadap siswa untuk mengetahui kondisi mental dan tingkat kecerdasan mereka. Asesmen awal akan dilaksanakan pada 7 Mei 2025 di SMP Negeri 1 Singaraja, dilanjutkan dengan screening siswa SD pada 9 Mei 2025.
“Ini untuk mengetahui psikis siswa, baik dari tingkat kecerdasannya supaya diketahui,” tambah Ariadi.
Ketua DPRD Buleleng, Ketut Ngurah Arya, meminta agar persoalan ini bisa diselesaikan dalam tiga bulan ke depan, sebelum kelulusan siswa pada Juni 2025. Ia menegaskan agar ratusan siswa yang belum menguasai calistung difokuskan hanya belajar membaca, menulis, dan berhitung.
“Tidak perlu dengan membenahi pelajaran lainnya. Sehingga bulan Agustus kita semua merdeka. Tidak ada lagi anak-anak tidak melek baca. Ini sudah kesepakatan kita bersama,” tegasnya. (*)
Pewarta :Kadek Yoga Sariada