Singaraja, koranbuleleng.com| Tak semua panggung besar diawali dari gemuruh sorak. Bagi Desak Made Della Deviantari, panggung itu justru bermula dari selembar cermin. Di sanalah ia menyiapkan dirinya menjadi guru. Bukan hanya untuk mengajar, tapi juga kelak untuk menginspirasi siswa-siswanya.
Siapa sangka, kebiasaan sederhana berbicara di depan cermin, membuat mahasiswi semester enam IAHN Mpu Kuturan Singaraja itu meraih prestasi nasional. Dia meraih juara tiga nasional Lomba Simulasi Mengajar (LSM) pada Desember 2024 lalu.

“Hal yang paling aku tekuni saat kuliah terutama Microteaching adalah public speaking dengan cara berlatih di depan cermin, karena itu modal utama mengikuti kelas Microteaching agar bisa berbicara di hadapan banyak orang, memandu suasana kelas tanpa terbata-bata lagi,” ungkap Della sambil tersenyum simpul.
Della mengaku tidak tahu-menahu soal lomba itu sejak awal. Ia baru mendengar kabar dirinya diajukan sebagai peserta dari seorang teman satu kampus.
“Aku pun tidak tahu pasti kenapa bisa diajak ikut lomba. Yang pertama mengajak ikut LSM adalah Bu Eka Kaprodi PAH, dikabarin lewat Bagas teman sekelasku,” imbuhnya.
Meski awalnya hanya ikut-ikutan karena diajak, Della tidak memandang enteng amanah tersebut. Ia langsung menyiapkan segala hal yang diperlukan. Seperti modul ajar, media pembelajaran, hingga pencarian figuran untuk simulasi mengajar.

Della juga belajar menyusun strategi agar seluruh bagian pengajaran sesuai dengan struktur ideal yang diminta lomba.
“Karena jika tanpa niat, sudah pasti tidak akan jadi ikut lomba,” tegasnya.
Persiapan menjelang lomba tidak semudah yang dibayangkan. Salah satu tantangan terbesar datang saat proses pengambilan video. Mahasiswa yang berusia 21 tahun itu harus mengejar deadline pengumpulan dalam satu hari. Itu berarti tidak ada ruang untuk kesalahan teknis.
Dia berusaha mengoptimalkan waktu yang ada. Caranya, tidak terburu-buru dalam pengambilan video agar hasilnya maksimal.
Namun semua lelah itu terbayar saat Della melangkah ke panggung final di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung pada Desember 2024 lalu. Momen ketika namanya diumumkan sebagai juara tiga tingkat nasional, menjadi titik balik dalam hidupnya.
“Awalnya berniat ikut-ikutan doang sambil nambah pengalaman, eh ternyata dikasi bonus. Pastinya senang bisa megharumkan nama kampus dan keluarga,” ungkap Della penuh haru.
Baginya, kemenangan itu hanyalah satu bagian kecil dari perjalanan besar yang sedang ia bangun. Dari lomba itu Della belajar bahwa lomba bukan hanya tentang menang atau kalah. Tetapi juga bagaimana ia bisa meningkatkan perfoma dengan rasa percaya diri, mengatur waktu, dan tentunya menambah relasi.
Della juga merasa lebih percaya diri untuk tampil di depan umum, dan kini siap untuk mengemban peran lebih aktif di lingkungan kampus. Ia berharap masih bisa ikut serta dalam lomba-lomba lain yang sesuai minatnya, sekaligus mendukung kegiatan di HMPS.
“Semoga kalau ada next lomba yang sesuai sama minatku bisa berkontribusi lagi untuk HMPS dan kampus,” ujarnya dengan nada mantap.
Della juga berpesan kepada mahasiswa lainnya agar jangan takut mencoba sesuatu yang baru. Karena keberanian mencoba menjadi pijakan awal menuju perubahan.
“Menang kalah urusan belakangan. Berani mengambil kesempatan sudah termasuk langkah awal untuk maju. Jangan pernah takut mencoba dan takut gagal,” tutupnya. (*)
Kontributor : Ketut Divinna
(Catatan : Hasil reportase ini untuk memenuhi tugas mata kuliah di IAHN Mpu Kuturan. Kami menerima tulisan dalam bentuk berita dari mahasiswa yang digunakan untuk melengkapi tugas mata kuliah dengan syarat tulisan sudah layak untuk ditayangkan karena sudah memenuhi kaidah jurnalistik. koranbuleleng.com terbuka untuk menerima mahasiswa yang ingin belajar, mendalam dan praktek tentang ilmu jurnalistik)