Sugeng Santosa |FOTO : Luh Sinta Yani|
Singaraja, koranbuleleng.com | Skripsi merupakan syarat akhir kelulusan untuk mahasiswa jenjang sarjana. Skripsi bisa menjadi momen untuk mahasiswa menuangkan ide-idenya melalui riset, baik dengan studi lapangan maupun studi normatif.
Namun, sering sekali skripsi menjadi hal yang menakutkan bagi mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami stress dan depresi akibat skripsi. Adapula mahasiswa yang hanya sekadar dalam membuat skripsi, sehingga banyak skripsi-skripsi mahasiswa yang dianggap tidak bermutu.
Untuk itu, Universitas Pendidikan Ganesha membuat sebuah kebijakan yaitu kelulusan menggunakan ekuivalensi, atau kelulusan dengan penyetaraan skripsi.
Peluang tersebut dimanfaatkan oleh Sugeng Santosa, mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia untuk bisa lulus tanpa skripsi. Upaya penyetaraan yang dilakukan Sugeng adalah memakai artikel yang tembus ke jurnal SINTA 2.
Sugeng bercerita bahwa sudah mengajukan judul skripsi semenjak akhir tahun 2020. Namun judul-judul yang diajukan selalu mengalami penolakan dengan berbagai macam faktor dan alasan, seperti penelitiannya yang biasa saja, kurang kuat, urgensinya tidak ada, dan pembimbingnya juga ikut menolak judul-judul tersebut.
“Karena judul saya selalu ditolak, akhirnya pembimbing saya memberikan opsi untuk membuat artikel SINTA 2, karena memang sebelumnya saya sering menulis di jurnal,” ujar pemuda kelahiran 18 Mei 1999 tersebut.
Mahasiswa berprestasi Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha ini menunggu berbulan-bulan agar artikelnya bisa dipublikasikan.
Bulan Maret, Sugeng memperoleh LoA (Letter of Assigment). Waktu itu, pemegang medali perunggu Bangkok International IPTeX tahun 2021, sudah membuat proposal dan siap untuk melakukan seminar proposal. Namun dia lebih memilih jurnal tersebut dipublikasikan dan siap disidangkan. Tepat pada akhir bulan Mei 2021, Penasehat Rumah Penalaran tersebut bisa sidang dengan artikelnya yang sudah dipublikasikan di SINTA 2.
“Alhamdulilah sekali sih karena ga perlu melakukan drama-drama skripsi, dengan memakai jurnal. Dan itu menjadi kebanggaan untuk diri sendiri, dan saya bisa berbeda dari mahasiswa pada umumnya” kata Sugeng.
Prestasi Sugeng bukan hanya soal kemampuannya lulus tanpa skripsi, namun semenjak menjadi mahasiswa Sugeng sudah meraih sederet penghargaan terutama yang berkaitan dengan karya ilmiah.
Awal berkecimpung di karya tulis, mantan Sekretaris umum II MPM Rema Undiksha ini sering mengalami kegagalan dan sering mendapatkan banyak cemooh serta tekanan dari berbagai pihak.
Sempat Sugeng berhenti dari dunia perlombaan karena fokus terhadap organisasinya di dalam kampus.
Dari akhir tahun 2019 sampai semasa pandemi, banyak sekali piala yang mampu dia persembahkan kepada kampus. Bahkan dalam satu bulan, Sugeng mampu menorehkan dua prestasi lomba sekaligus.
“Menurut saya, kita perlu berproses dan sebenarnya tidak boleh orang berproses kita kasi tekanan dan tuntutan. Karena orang yang berproses tersebut pasti sudah memberikan yang terbaik” tutup Sugeng. (*)
Pewarta : Luh Sinta Yani
Editor : I Putu Nova A.Putra