Langkat, koranbuleleng.com | Menteri BUMN Erick Thohir mengharapkan agar Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, menjadi percontohan untuk pengembangan industri minyak makan merah. Erick menitipkan program minyak makan merah ini kepada para petani Langkat agar berhasil dengan menggunakan sistem pengelolaan berbasis koperasi.
“Langkat harus jadi percontohan, menjadi yang terdepan. Oleh karena itu, pabrik minyak makan merah ini adalah yang dibuat pertama kali di Indonesia. Ini merupakan hasil kerjasama. Sehingga tidak dimiliki BUMN, melainkan milik para petani di Langkat di bawah payung koperasi. Ini yang kami dorong,” demikian pesan Erick saat menyampaikan sambutan pada peringatan Hari Jadi ke-273 Kabupaten Langkat, Selasa 17 Januari 2023.
Sebelumnya pada 6 Januari 2023, Erick juga mengunjungi proyek minyak makan merah di Deli Serdang, didampingi oleh Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani.
Kunjungan ini dilakukan guna meninjau progres pembangunan pabrik minyak makan merah yang tengah digarap oleh Holding Perkebunan Nusantara (PTPN Group). Di Sumatera Utara terdapat tiga pabrik dengan kapasitas 10 ton minyak goreng per hari yang sedang dikerjakan, yakni di Kabupaten Deli Serdang, Langkat, dan Asahan.
Minyak makan merah merupakan produk hilirisasi kelapa sawit yang teknologinya dikembangkan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Keduanya merupakan anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero). Minyak makan merah menjadi salah satu solusi efektif untuk mengatasi persoalan minyak goreng, seperti harga yang tinggi hingga langkanya ketersediaan.
Dengan percepatan pengoperasian pabrik ini, diharapkan dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng, menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat, mengurangi tingkat stunting, dan memberikan nilai tambah bagi petani sawit.
Pada kunjungan di Deli Serdang tersebut Erick Thohir menyampaikan, pembangunan pabrik minyak makan merah itu ditargetkan akan beroperasi pada awal tahun ini. Percepatan pengoperasian dilakukan untuk merespons kebutuhan minyak goreng sehat bagi masyarakat.
Erick berharap, dengan adanya minyak makan merah ini dapat mengatasi kasus kelangkaan minyak goreng seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
“Karena itu, terlepas isu kelangkaan minyak goreng sudah mereda, kami di BUMN ingin ini tidak boleh terjadi lagi,” kata Erick.
Dari sisi petani, Erick mengatakan produksi minyak makan merah dapat mendorong ekonomi rakyat lantaran produksinya bekerja sama dengan koperasi petani sawit.
“Kita ingin mendorong ekonomi rakyat, petani. Jangan petani posisinya selalu menjadi objek. Kita mulai percayakan kepada rakyat kita bagaimana mengelola sumberdaya alamnya,” tambahnya.
Untuk itu, kata Erick, pihaknya melakukan terobosan untuk mendirikan pabrik minyak kelapa sawit merah per 1.000 hektar lahan. Adapun untuk pemasaran, kata Erick, pihaknya juga akan membantu membuka pasar ekspor seperti ke China hingga Afrika.
Lebih Murah
Untuk menjamin kualitas produk, Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produksi massal minyak makan merah.
Lantaran proses penyulingannya yang lebih pendek dari minyak makan biasa, harga minyak makan merah bisa ditekan menjadi lebih murah. Sebagai gambaran, jika tak ada perubahan, minyak makan merah rencananya akan dijual Rp 9.000 per liter, lebih murah dibanding Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng curah yang mencapai Rp 14.000 per liter.
“Minyak makan merah ini lebih sehat dan punya banyak manfaat. Dengan beroperasinya pabrik ini, diharapkan dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng, menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat, serta memberikan nilai tambah bagi petani sawit,” kata Erick.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan luasan tutupan lahan kelapa sawit sebesar 16,38 juta hektar dan produksi 46,8 juta ton minyak sawit mentah (CPO).
Kontribusi industri kelapa sawit terhadap perekonomian nasional masih menjadi salah satu yang terpenting. Salah satu indikasinya adalah kemampuan industri sawit dalam menyerap sekitar 16 juta tenaga kerja.
Kemampuan Produksi
Pada kesempatan yang sama saat di Deli Serdang, Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) M Edwin Syahputra Lubis, mengungkapkan bahwa inovasi teknologi yang dilakukan PPKS bersama PT Riset Perkebunan Nusantara, dapat menghasilkan sekitar 500 kg minyak makan merah per jam.
“Minyak makan merah yang merupakan produk turunan dari minyak kelapa sawit memiliki nutrisi berupa fitonutrein (karoten dan vitamin E) yang tinggi serta kualitas asam lemak yang sangat baik bagi kesehatan,” ujar Edwin.
Teknologi PPKS ini masih mempertahankan kandungan senyawa fitonutrien berkadar tinggi meliputi karoten (sebagai pro-vitamin A), tokoferol dan tokotrienol (sebagai vitamin E), dan squalene. Minyak makan merah yang dihasilkan, berpotensi digunakan untuk pangan fungsional (salah satunya sebagai bahan pangan untuk antistunting) karena menjadi sumber lemak, serta mengandung fitonutrien yang memiliki sifat sebagai antioksidan dan bioaktivitas lainnya.
PPKS merupakan produsen benih kelapa sawit terbesar di Indonesia yang telah menghasilkan berbagai varietas benih kelapa sawit unggul. Bibit itu digunakan di perkebunan kelapa sawit, baik perkebunan negara, swasta, maupun perkebunan rakyat.
Seperti halnya minyak goreng biasa, minyak makan merah diproduksi dari buah kelapa sawit. Perbedaannya terletak pada proses pemurniannya (refined).
Jika minyak goreng biasa telah melalui tahap bleaching (proses yang membuat warna minyak goreng menjadi bening), minyak makan merah justru mempertahankan keaslian warna merah yang berasal dari warna asli buah sawit. Sebab, di situlah terkandung karotenoid, zat bergizi yang menyehatkan.
Karotenoid adalah senyawa kimia yang memberi warna alami pada buah dan sayuran. Karotenoid termasuk dalam keluarga antioksidan yang dapat melindungi manusia dari berbagai risiko penyakit dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Minyak makan merah diketahui memiliki kandungan vitamin A dan E yang tinggi. Dengan begitu, minyak makan merah dapat berperan mengatasi persoalan stunting atau kekerdilan karena kekurangan vitamin A dan E, terutama di wilayah pedesaan.
Holding Perkebunan Nusantara
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha agro bisnis, terutama komoditas kelapa sawit dan karet. Perseroan didirikan pada 11 Maret 1996 berdasarkan hukum pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996.
Pemerintah kemudian mengubah pengelolaan bisnis BUMN Perkebunan dengan menunjuk Perseroan sebagai induk dari seluruh BUMN Perkebunan di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2014 tanggal 17 September 2014.
Sebagai perusahaan induk (holding company) BUMN di sektor perkebunan, Perseroan saat ini menjadi pemegang saham mayoritas 13 perusahaan perkebunan yakni PTPN I sampai dengan PTPN XIV, perusahaan di bidang pemasaran produk perkebunan yaitu PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) serta perusahaan di bidang riset dan pengembangan komoditas perkebunan yaitu PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN).
Saat ini Perseroan secara konsolidasian merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di dunia berdasarkan total lahan konsesi perkebunan. Produk komoditas Perseroan mencakup komoditas anak perusahaan cukup terdiversifikasi antara lain kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, tembakau dan kakao, serta produk hilirnya masing-masing. (*)