Ketua BMI Buleleng, dr. Putra Sedana juga memprakarsai penerbitan buku ensiklopedia Bung Karno |
Singaraja, koranbuleleng.com| Banten Muda Indonesia memprakarsai penerbitan buku ensiklopedia Bung Karno. Buku ini disusun oleh Prof. Dr. Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto, berisi tentang jejak kepemimpinan dari Bung Karno dari awalkemunculannya hingga akhir kepemimpinannya.
Hendrowinoto mengatakan, penyusunan ensiklopedia tersebut melewati proses yang cukup panjang. Ide untuk membuat perjalanan Presiden pertama Indonesia itu, terbesit saat pihaknya membuat novel Stamboel Cinta dari Bali. Novel tersebut mengisahkan tentang kisah cinta, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ni Nyoman Rai Srimben, yang merupakan orang tua dari Bung Karno.
Saat penyusunan dan pencarian data ke rumah Rai Srimben, di wilayah Dusun Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Disana dia bertemu dengan, Putra Sedana yang akrab dengan sapaan Caput dan memberikan informasi dari sebagian isi buku tersebut.
“Data saya ketika akan diminta Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional saya tunda, saya anggap mati suri. Karena hubungan, ketika susun novel kisah cinta bapak bung karno, dari sana menemukan dr. Putra Sedana. Awalnya tidak yakin, setelah ke rumah saya. Dia sangat tertarik, kemudian kita perbarui datanya. Yang awalnya kita kira hanya 11 jilid, jadinya 15 jilid,” terangnya saat usai peluncuran buku, di Bale Agung.
Hendrowinoto menyebut, penyusunan ensiklopedia sudah mulai dirancangnya sejak 2002. Dalam ensiklopedia, menampilkan perjalanan Soekarno, saat pertama kali namanya dimuat dalam pers pada tahun 1927 hingga wafat pada 1970. Kliping itu dikumpulkan, bersama 8 orang sarjana di Perpustakaan Nasional selama 6 bulan pengerjaan. Proses pengumpulan tersebut pun tidak mudah, mengingat surat kabar yang memuat berita tersebut kebanyakan sudah rusak. Menurutnya ada hal yang lebih mudah, dengan membeli di perusahaan media. Namun, harga satu lembar koran lama tersebut bisa mencapai Rp60 ribu per lembar.
“Rujukan data dari pers, mulai 1927 sampai meninggal. Perkiraan 5-6 ribu kliping, campur dari dalam negeri. Yg paling dahsyat tahun 60 – 70 saat meninggalnya itu. Sampai bung karno jatuh,” katanya.
Saat ini, ensiklopedia tersebut baru dicetak dua copy. Rencananya satu copy akan ditaruh di museum dan satu lainnya akan dihadiahkan kepada pihak keluarga Bung Karno. Hendrowinoto menambahkan, alasan tidak membuat copy buku tersebut. Karena akan digunakan riset, untuk nantinya diubah menjadi novel.
Ditempat yang sama, Ketua Banteng Indonesia (BMI) Buleleng dr. Ketut Putra Sedana mengatakan, peluncuran buku ini diharapkan menjadi referensi, untuk memahami ideologi daripada ajaran Bung Karno. Sehingga ajaran tersebut kembali membumi. Selain itu, pemilihan tempat di Balai Agung tersebut, untuk memberikan hadiah kepada proklamator Indonesia, jelang perayaan hari kemerdekaan ke-78 tahun.
“Kita lihat yakni bangsa yang besar bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan kita tahu bahwa Bung Karno tidak saja dikenal di Indonesia tapi mendunia. Menjadikan inspirasi adalah Bung Karno setengahnya adalah orang Buleleng, dan saya orang Buleleng sepertinya merasa terpanggil untuk mewujudkannya,” kata dia. (*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada
Editor : I Putu Nova Anita Putra