Singaraja, koranbuleleng.com| Musim panas berkepanjangan yang terjadi di wilayah Buleleng, membuat sejumlah sumber air dan sumur dalam yang dikelola Perumda Tirta Hita Buleleng, mengalami penurunan debit air. Masyarakat pun, diminta untuk bisa melakukan penghematan penggunaan air.
Dirut Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng Made Lestariana mengatakan, saat ini pihaknya mengelola 16 sumber mata air dan 46 titik sumur dalam. Dari puluhan sumber mata air itu, pada musim kemarau panjang ini mengalami penurunan debit 12 hingga 15 persen.
Lestariana menyebut, dengan turunnya debit sumber air tetsebut diakui mengganggu pelayanan air di sejumlah wilayah. Diantaranya, Kelurahan banyuning bagian atas, Desa Baktiseraga, Desa Sambangan.
“Penurunannya sekitar 15 persen, ini rata-rata terjadi di sumber–sumber air yang kita miliki. Kita juga sudah siapkan mobil tangki, untuk membantu masyarakat yang kekurangan air,” ujarnya Rabu, 11 Oktober 2023.
Kata Lestariana, untuk memastikan pelayanan tetap aman, pihaknya tengah memasang Booster Pump di wilayah kota untuk menambah tekanan air. Pihaknya pun, meminta kepada masyarakat untuk mengubah dan melakukan penghematan penggunaan air, khususnya pada beban puncak di pagi dan sore hari.
“Kita mengharapkan masyarakat melakukan perubahan pola pemakaian air khususnya pada beban puncak. Karena saat ini debit air mengecil, konsumsinya meningkat,” ucapnya.
Air Bendungan Perlahan Mengering
Kemarau panjang yang terjadi juga menyebabkan Bendungan Gerokgak, di Kecamatan Gerokgak, tidak bisa mengairi irigasi. Dimana, bendungan dengan keadaan normal bisa menampung 2.8 juta meter kubik air, kini hanya menampung 459 ribu lebih meter kubik air. Hal tersebut, membuat 414 hektar sawah mengalami kesulitan air. Para petani pun, kini harus beralih untuk menanam tanaman yang menyerap sedikit air.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, dari asesment yang dilakukan penurunan volume air tersebut karena adanya penurunan debit air yang mengairi bendungan. Hasil asesmen tersebut sudah dikoordinasikan ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali – Penida. Pihaknya juga akan meneruskan hasil asesmen ke ke Dinas Pertanian untuk ditindaklanjuti.
“Memang ada penurunan debit air di bendungan karena sumber air atau aliran sungai ke bendungan mengecil. Ini karena musim kemarau. Selain itu karena tidak ada hujan,” ujarnya.
Ariadi menyebut, biasanya dalam kondisi normal debit air 2,8 juta kubik di Bendungan Gerokgak dapat mengairi hingga 414 hektar sawah milik 12 kelompok subak. Namun, bendungan yang berlokasi di wilayah paling barat Buleleng ini pada awal Oktober 2023 sudah tidak mengalirkan irigasi karena Tinggi Muka Air (TMA) sudah diambang dasar permukaan air bendungan. Dimana, jika dalam kondisi normal TMA Bendungan Gerokgak, 216 menter diatas permukaan air laut (MDTL), dikondisi saat ini TMA Bendungan ada di 116 meter MDTL.
“Biasanya warga memanfaatkan air bendungan untuk persawahan. Dengan kondisi debit air mengecil warga otomatis beralih dari menanam padi ke tanaman yang lebih sedikit membutuhkan air seperti palawija atau kacang, jagung,” kata dia.(*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada