Singaraja, koranbuleleng.com| Malam itu, suasana di Pelabuhan Buleleng padat oleh lautan manusia. Mereka berteriak histeris melihat pertunjukkan panggung kesenian tradisional yang digelar pada Sabtu, 20 April 2024.
Ribuan penonton itu, tak berhenti memberikan tepuk tangannya saat penampilan Tari Gelatik yang dibawakan penari Sekeaa Gong Kebyar Legendaris Eka Wakya, Banjar Paketan, Desa Adat Buleleng. Bukan hanya tariannya saja yang menarik, namun para penarinya juga membuat penasaran para penonton.
Tarian yang penuh energik itu, dibawakan oleh tujuh orang penari lanjut usia. Meski tak lagi muda, mereka terlihat bersemangat untuk menari. Sekedar informasi, Sekeha Gong Kebyar Legendaris Eka Wakya akan menjadi salah satu penampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024. Tari Gelatik, akan menajadi salah satu penampilan yang dibawakan pada penampilan mereka nanti.
Dengan usia yang tak lagi muda, para penari pun disebut menemui beberapa kendala saat berlatih. Terutama, pada masalah waktu latihan. Para penari yang sudah berkeluarga, harus membagi waktunya kesibukan di rumah dan latihan. Meski demikian, mereka tetap semangat berlatih sejak 2 bulan lalu.
Salah satu penari, Ni Made Artiasih, 58 tahun, mengatakan, penampilannya malam itu membuat diamerasaterbawa kembali ke masa lalu, saat masih muda. Dulunya tarian tersebut sangat populer dan sering dibawakan untuk mengikuti festival.
“Saya sudah senang menari sejak kelas 2 SD. Saat remaja sering ikut festival dan PKB dan mengisi malam kesenian Buleleng di Denpasar pada tahun 1985,” ujar Artiasih, sambil mengenang masa lalunya.
Artiasih mengaku, pernah menjadi murid dari maestro seni Buleleng, Gde Manik. Saat itu, ia diminta oleh untuk menari Tari Trunajaya yang diciptakan oleh maestro seni asal Desa Jagaraga tersebut.
“Saya ditunjuk oleh sekeha gong dikursuskan menari tari trunajaya langsung kepada pak Gde Manik almarhum, sekitar 1983. Kebetulan baru tamat dari SPG,” kata dia.
Dalam kegiatan “Apresiasi Seni JOSS24” yang digelar Relawan Bajang Buleleng, Astiasih menari dengan enam penari lainya diantaranya Ni Luh Putu Asrihati, 52 tahun, Putu Wahyuni, 56 tahun, Luh Suciningsih, 54 tahun, Putu Darmita, 54 tahun, Ketut Sri Aryantini, 55 tahun, serta Jero Mangku Ngurah arya sastrawan, 53 tahun.(*)