Paradigma GLS di SMK : Dari Teks ke Produk

Catatan Kaki dari Workshop Penguatan Literasi di SMK Restumuning

Aspek evaluasi atau assessment yang mengutamakan literasi dan numerasi serta secara khusus dicantumkannya literasi dan numerasi dalam rapor pendidikan; menjadi salah satu faktor pemicu adanya kepentingan di sekolah terhadap peningkatan kapasitas literasi dan numerasi. Sekolah-sekolah mulai menyadari bahwa literasi numerasi adalah kebutuhan.

- Advertisement -

Hal ini ditunjukkan oleh program-program literasi mandiri yang dilakukan sepenuhnya oleh sekolah dan biasanya melibatkan guru sebagai ujung tombak gerakan. Dengan adanya kebutuhan literasi untuk menunjang rapor pendidikan dan juga dalam rangka menyiapkan siswa mengikuti AKM (asesmen kompetensi minimum) maka sekolah-sekolah merancang forum-forum literasi yang berupa pelatihan atau bimbingan teknis atau bisa juga praktik baik literasi. Semua program itu pada umumnya bersifat praktis, sejalan dengan kebutuhan warga sekolah.

Jika sejak diluncurkan program literasi sekolah tahun 2015 dan hampir tiga atau bahkan lima tahun kemudian, literasi masih menjadi program pemerintah. Yang mana sekolah-sekolah belum memiliki kemandirian dalam gerakan literasi. Kini sekolah telah berada pada tahap kemandirian gerakan literasi sejalan dengan tuntutan rapor pendidikan dan AKM.

Tentu hal ini sangat positif dalam rangka GLS, yang sejak setahun menjelang pandemi dan sesudahnya, GLS “mati suri”; sehingga gerakan-gerakan yang dulu datangnya dari atas ke bawah kini sudah berbalik arah justru dibangun di bawah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembangunan budaya literasi di tingkat satuan pendidikan. Hal ini misalnya dilakukan oleh SMK Restumuning yang berada di Desa Perean, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali; menyelenggarakan workshop penguatan literasi tanggal 3 Mei 2024. Dari pengalaman semenjak dalam gerakan literasi akar rumput, yang salah satu sasarannya adalah sekolah-sekolah di Bali, dari SD hingga SMA/SMK, dan komunitas; dapat disimpulkan bahwa persoalan-persoalan literasi atau kebutuhan-kebutuhan terhadap literasi itu sangat bergantung dengan kondisi siswa, kondisi guru dan sekolah.

Karena itu, materi-materi bimbingan atau materi-materi workshop tidak bisa disamakan. Dibutuhkan diskusi dengan pihak penyelenggara sebelum kegiatan workshop atau forum-forum literasi itu dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan meminta rekam jejak gerakan literasi yang sudah dilakukan selama ini pada satuan pendidikan bersangkutan.

- Advertisement -

Pada umumnya sekolah-sekolah yang berinisiatif menyelenggarakan kegiatan atau forum-forum literasi di sekolahnya itu menganggap dirinya belum memiliki program literasi. Jika hal ini terjadi maka akan ditawarkan program berdasarkan rekam jejak gerakan literasi di sebuah satuan pendidikan. Terlepas dari ada atau tidak adanya program literasi di suatu sekolah, secara ontologis ada perbedaan antara gerakan literasi di sekolah umum dengan gerakan literasi di sekolah menengah kejuruan/vokasi. Perbedaan ini tampak dari esensi kedua satuan pendidikan tersebut. Namun demikian, konsep-konsep umum atau konsep-konsep dasar literasi masih bisa berlaku sama untuk keduanya.

Khusus untuk gerakan literasi di SMK harus ada hal yang sejalan dengan esensi pendidikan tersebut yang merupakan pendidikan vokasi atau kejuruan. Dalam hal ini materi-materi literasi, baik literasi kertas, literasi digital, harus mengarah kepada dukungan untuk pengembangan diri siswa pada pendidikan vokasi.

Sejalan dengan pandangan ini, workshop penguatan literasi di SMK Restumuning berpijak pada kesadaran bahwa materi penguatan literasi ini harus mampu mencapai beberapa hal yang terkait dengan kebutuhan siswa. Sehingga guru dalam menyelenggarakan kegiatan literasi memiliki pedoman-pedoman praktis.

Pada prinsipnya literasi yang dikembangkan adalah ada beberapa kemungkinan yaitu literasi harus bisa memberikan motivasi bagi siswa; literasi harus bisa menjadi inspirasi. Lterasi juga harus bisa menjadi alat untuk membangun daya kreatif siswa.  literasi harus mampu menumbuhkan motivasi untuk berkarya. Salah satu materi literasi yang juga tidak kalah pentingnya adalah literasi cerita sukses orang dalam berbagai bidang.

Dengan adanya fokus tersebut maka materi-materi literasi yang digunakan di SMK adalah materi-materi yang berkaitan dengan biografi orang-orang yang sukses. Lewat cerita sukses tersebut siswa mengenal teladan, memiliki model atau panutan dalam belajar dengan wawasan masa depan dan memperjuangkan cita-cita atau ide-ide produktif dalam menghasilkan barang dan jasa yang ditopang oleh kreativitas. Di dalam cerita sukses tersebut tentu saja ada berbagai hal yang bertolak belakang dengan kesuksesan. Lewat literasi berbasis pada cerita sukses seseorang maka siswa memiliki pedoman hidup; misalnya dalam membangun daya tahan menghadapi berbagai kegagalan.

Dalam cerita sukses seseorang justru kegagalan itu sering mendapatkan porsi yang sangat besar. Justru bagian suksesnya itu kemudian hanya menjadi pemantik saja. Perhatian pembaca pada cerita sukses justru bukan pada suksesnya tetapi pada cerita pahitnya. Kegigihan dalam menghadapi tantangan, kesiapan untuk selalu bangun kembali dalam menghadapi kegagalan, dan bagaimana kemudian menyikapi secara bijaksana serta memaknai kesuksesan itu.

Hal menarik dari workshop penguatan literasi di SMK Restumuning adalah adanya gagasan bahwa literasi di SMK ini haruslah benar-benar bertujuan untuk memicu lahirnya produk/jasa. Tujuan literasi tidak hanya sampai pada pengetahuan. Tetapi, menjadikan pengetahuan dasar kecakapan hidup. Menjadikan pengetahuan itu berwujud produk/jasa. Pendekatan literasi di SMK adalah dari teks ke produk, baik jasa maupun barang.

Hal ini mengandung makna bahwa gerakan literasi atau praktik literasi di sekolah ini disadari, bukan hanya untuk memetik pengetahuan dari bacaan tetapi sudah harus meningkat kepada tahap tertinggi dari literasi itu yaitu kecakapan hidup. Materi-materi atau pengetahuan-pengetahuan yang dibaca melalui berbagai media dan moda akan menjadi modal berkarya bagi siswa, dalam rangka mewujudkan suatu produk. Pengetahuan itu bukan akhir dari kegiatan literasi sebagaimana hal ini masih menjadi esensi kegiatan literasi pada umumnya. Literasi di SMK adalah literasi yang berorientasi pada perwujudan produk karena itu teks saja tidak cukup. Akan tetapi mengubah pengetahuan itu menjadi barang atau jasa yang bernilai jual.

Diperlukan berbagai materi atau bahan literasi dalam berbagai media dan moda, baik cetak dan terutama adalah digital. Yang terpenting dari materi-materi tersebut adalah menjadikan kesadaran di kalangan siswa bahwa produktivitas akan banyak dibantu dari berbagai teks yang berkaitan dengan perjuangan dan sukses orang-orang yang sudah diakui.

Kekhasan literasi di SMK adalah dari kekhusuan atau kekhasan materi atau bahan yang dibaca. Bahan-bahan literasi tersebut difokuskan kepada jurusan masing-masing, misalnya perhotelan, kuliner, desain grafis dan lain-lain. Tema bahan literasi harus berputar pada bidang-bidang tersebut. Pengetahuan yang dibutuhkan oleh siswa SMK adalah pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa memungkinkan siswa memberi makna praktis bagi pengetahuan tersebut karena langsung berimplikasi aksiologis.

Salah satu contoh teks materi literasi yang bisa dikaitkan dengan kebutuhan siswa SMK adalah cerpen “Filosofi Kopi” karya Dee Lestari. Cerpen ini tidak hanya dibaca tetapi telah diwujudkan dalam bentuk cafe atau kedai kopi sebagaimana yang inspirasinya ada di dalam karya tersebut.

Materi literasi lainnya adalah novel Laskar Pelangi. Setelah novel itu terbit dan mendapat sambutan secara luas serta dialihwahana ke dalam film layar lebar maka tidak selesai sampai di sana. Seting atau tempat kejadian ceritanya di kota kecil di Belitung tiba-tiba disulap menjadi destinasi pariwisata. Kota Belitung mengundang wisatawan untuk hadir melihat sekolah yang diceritakan di dalam novel tersebut dan mengunjungi pantai atau tempat-tempat yang disebutkan di dalam novel karya Andrea Hirata tersebut. Tidak hanya itu, para tokohnya pun sering menerima kunjungan wisatawan. Aktivitas pariwisata dengan berbagai aspeknya atau berbagai pendukungnya bermula dari teks novel lalu secara kreatif diwujudkan menjadi industri pariwisata di kota Belitung. Destinasi ini adalah buah literasi sastra.

Model lain pengembangan materi literasi di SMK bisa misalnya meniru cerita sukses pendiri Starbuck. Siswa harus diberikan terlebih dahulu materi-materi literasi yang berkaitan dengan cerita sukses atau perjuangan seorang karyawan kedai kopi yang belum terkenal sampai akhirnya menjadi pemilik bisnis kedai kopi terbesar saat ini di dunia. Kisah itu dapat dibaca dari berbagai sumber sehingga siswa bisa belajar dari pahit manis perjuangan pendiri Starbuck tersebut.

Pendekatan tersebut di dalam penyelenggaraan literasi di sekolah menunjukkan bahwa literasi tidak semata-mata memberikan pengetahuan tetapi justru melihat bagaimana literasi tersebut dapat memenuhi kebutuhan akan pengetahuan praktis dari pelaku atau siswa.

Penyelenggaraan gerakan literasi di SMK harus berbasis kepada kebutuhan siswa. Hal ini tidak menjadi perhatian karena gerakan literasi yang terjadi di Indonesia masih berkelindan pada membaca sebagai tujuan akhir literasi! Dan juga karena literasi masih menjadi gerakan elitis. Berbicara mengenai gerakan literasi yang terjadi pada satuan-satuan pendidikan yang sangat khusus kebutuhannya terhadap pengetahuan; inilah yang dimaksud dengan gerakan literasi di akar rumput.

Pengetahuan tersebut memang bukan hanya berdampak pada kognitif tetapi pengetahuan harus bermuara kepada sikap dan psikomotor. Pengetahuan seorang  akan berpengaruh terhadap sikap, misalnya termotivasi, berdedikasi, memberikan penghargaan terhadap sesuatu hal; dan juga pengetahuan itu menjadi tindakan atau psikomotor. Literasi sejatinya berkaitan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga hal ini harus menjadi bagian dari sasaran penting gerakan literasi di sekolah sebagaimana hal itu menjadi perhatian dan tema dalam workshop penguatan literasi di SMK Restumuning. (*)

Penulis : Dr. I Wayan Artika (Dosen Undiksha, Pegiat Gerakan Literasi Akar Rumput pada Komunitas Desa Belajar Bali)

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts