Singaraja, koranbuleleng.com|Kasus kekerasan seksual di Buleleng disebut cukup tinggi. Jumlahnya pun mencapai 10 kasus hingga Mei 2024. Pendidikan seks sejak dini pun disebut bisa menjadi solusi untuk menurunkan tingginya kasus yang terjadi.
Selain orang tua, sekolah dan pemerintah, pendidikan seks ini juga perlu diberikan oleh mahasiswa. Seperti halnya Seminar Edukasi Seks “Memahami Pentingnya Pendidikan Seksual Pada Remaja” yang digelar oleh mahasiswa IVD Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, STAH Mpu Kuturan Singaraja. Seminar diikuti oleh ratusan siswa kelas 8 di SMP Negeri 5 Singaraja.
Ketua Panitia Nanda Viriyadikha mengatakan, dengan banyaknya kasus yang terjadi sangat mengkhawatirkan. Dampaknya pun tak hanya terjadi pada anak itu, maupun keluarga serta orang disekitarnya. Selain itu, dengan tingginya kasus juga akan meningkatkan resiko pernikahan dini.
Edukasi sejak dini pun disebut harus terus dilakukan. Selain orang tua dan pemerinta, mahasiswa juga berperan penting dalam seks kepada siswa. Sehingga mereka memahami bagaimana seks itu, dan menghindari mereka menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual.
“Ini terkait kekhawatiran kita tentang kekerasan seksual dan pernikahan dini semakin memprihatinkan. Oleh karena itu kami berharap melalui seminar edukasi seks ini dapat membawa perubahan dan meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya pendidikan seksual khususnya pada remaja,” ujar Nanda, ditemui usai seminar Sabtu, 18 Mei 2024.
Dari data Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Perlindungan Perempuan dan Anak (DP2KBP3A) Buleleng, dari bulan Januari hingga Mei 2024 total ada 15 kasus kejahatan terhadap anak. Diantaranya pemerkosaan 3, perbuatan cabul 2, persetubuhan anak 5, trauma psikis 1, anak berhadapan dengan hukum 1, pencemaran nama baik 1, dan perubahan perilaku sebanyak 6 kasus.
Kepala DP2KBP3A Buleleng Nyoman Riang Pustaka mengatakan, dari jumlah kasus kejahatan terhadap anak yang terjadi didominasi kasus persetubuhan. Bahkan dari evaluasi yang dilakukan, disebut kasus kekerasan seksual mencapai 44 kasus pertahunnya. Korbannya pun kebanyak berasal dari anak 6 tahun hingga remaja 15 tahun.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu adanya pemberian pemahaman sejak dini. Seminar yang digelar mahasiswa disebut bisa menjadi solusi. Dengan pemberian edukasi sejak dini, akan menghindarkan akan menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual.
“Ini sangat bagus, kalau bisa seminar di lakukan di setiap sekolah. Semakin banyak informasi yang diberikan semakin bagus. Kalau bisa dilanjutkan, terutama di sosialisasi di kalangan anak-anak SMP karena mereka yang paling rawan,” kata dia.
Riang menambahkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan jika terjadi kekerasan seksual. Yakni anak diminta segera lari menjauh tempat yang ada orang yang merasa mengancam, anak diminta untuk berani mengatakan tidak bila ada orang yang mengajak atau melakukan hal tidak membuat nyaman. “Segera laporkan yang dialami baik oleh dirimu sendiri atau orang lain kepada pihak berwajib,” kata dia. (*)