Singaraja, koranbuleleng.com| Sampah, jika dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang lebih baik pula. Pengelolaan sampah plastic yang baik, dibuktikan langsung oleh SMP Negeri 6 Singaraja. Siswa dan siswi di sekolah ini, kini mulai merintis usaha pengelolaan sampah menjadi barang yang bernilai guna dan ekonomis, sementara sampah basah atau organik dikelola menjadi kompos. Dari sisi edukasi, juga positif bagi siswa.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Singaraja yang berlokasi di Jalan Bisma, Kelurahan Banjar Tegal, Kecamatan/Kabupaten Buleleng mengajarkan siswa didik untuk menangani sampah plastik dengan menjadikan berbagai bentuk karya kreatif. Mulai dari pot bunga, papan tulis, hingga lukisan wajah plastik. Selain itu dari pengelolaan sampah yang dilakukan, siswa akan mendapatkan tabungan dari nilai sampah yang dikumpulkan.
Kepala SMPN 6 Singaraja, Nyoman Sudiana mengatakan, penanganan sampah tersebut telah dilakukan sejak empat tahun lalu. Awalnya dengan kondisi wilayah Kota Singaraja yang memiliki cuaca panas, sekolah banyak ditanami tumbuhan. Namun, dari tanaman yang ada di sekolah tersebut justru banyak sampah yang tercecer dan menjadi timbulan.
Sehingga, pihaknya pun berinovasi untuk membuat sampah tersebut menjadi kompos. Sekolah pun, membangun dua sumur kompos. Sumur komposini mengadopsi dari konsep teba yang sudah dilakukan turuntemurun oleh nenekmoyang orang Bali. Teba merupakan wilayah paling belakang dari pekarangan rumah yang biasa digunakan untuk membuang sampah. SMP Negeri 6 Singaraja menempatkan sumur kompos sebagai wilayah teba untuk mengelola sampah organic menjadi pupuk organis.
Sampah organik dari daun tanaman maupun sampah bekas upacara, akan dibuang dalam sumur tersebut untuk bisa menjadi pupuk kompos. Sehingga bisa digunakan kembali sebagai pupuk tanaman yang ada di sekolah.
“Kita sekolah bernuansa Hindu acara banyak, otomatis sampah habis upacara banyak. Jadi kita adopsi filosofi kearifan lokal, Teba itu sudah ada sejak dulu. Jadi kita di sekolah memodifikasi dari yang ada di rumah,” ujar Sudiana, Rabu 3 Juli 2024.
Setelah berhasil menangani sampah organik, sekolah kemudian kembali berinovasi untuk penanganan sampah plastik. Kata Sudiana, penanganan sampah tersebut pun kemudian didapatnya di media sosial. Kemudian inovasi itu, dituangkan kepada siswanya melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Dari kegiatan tersebut, sejumlah inovasi dari sampah plastik pun telah berhasil dibuat. Seperti pot, papan, hingga lukisan wajah dari sampah plastik. Selain digunakan untuk barang kesenian, nantinya sampah plastik yang dikumpulkan oleh siswa akan dijual melalui perbankan.
Sudiana menyebut, sampah plastik yang dikumpulkan oleh siswa akan dihargai sesuai harga yang telah ditentukan. Siswa akan mendapat buku tabungan, yang nantinya hasil dari penjualan sampah itu bisa diambil dari bank kecil yang dibuat di sekolah. Selain di sekolah, siswa disebut bisa membawa sampah plastik yang sudah dipilah dari rumah.
“Akan ada program anak-anak bawa sampah dari rumah yang sudah di pilah. Sampah itu dihargai, kita bekerjasama dengan BNI. Anak-anak tinggal memilah. Nanti ada yang memasukan berapa nilainya ada petugasnya. Per orang nanti dapat tabungan, bisa diambil bank kecil yang ada disini,” kata dia.
Sudiana menambahkan, volume sampah plastik yang dikumpulkan memang cukup tinggi. Bahkan perminggunya sekolah bisa mengumpulkan enam karung besar sampah plastik. Untuk mengatasi hal itu, sekolah kedepan akan terus melakukan inovasi.
Sekolah disebut, telah memiliki ekstrakulikuler dalam penanganan sampah. Sekolah juga akan memberikan penghargaan kepada para siswa yang giat dalam melakukan inovasi penanggulangan sampah.
“Kita akan beri reward kepada siswa, seperti halnya piagam. Memang sampah ini lumayan banyak, karena semua produk makanan menggunakan sampah plastik. Seminggu ada 6 karung kami kumpulkan, bisa sampai puluhan kilo,” kata dia. (*)