Singaraja, koranbuleleng.com | Metode ajar mengajar Gasing sedang jadi tren. Gasing singkatan dari Gampang, Asik, dan Menyenangkan. Metode ini memberi warna baru dalam dunia pendidikan karena dinilai mampu memberi pendekatan yang dinamis dan interaktif.
Gasing diharapkan mampu membawa perubahan signifikan dalam cara guru mengajar dan siswa belajar, khususnya dalam pelajaran matematika.
Dua orang praktisi pendidik asal Buleleng lolos sebagai trainer inspiratif nasional Gasing Indonesia yaitu I Gede Fajar Dian Mahendra, S.Pd. dan Kadek Ashadi Putra, S.Pd., Gr
Dalam sebuah podcast milik Kominfosanti Buleleng, Bincang Komunikasi (Bikom), keduanya menerangkan tentang metode Gasing yang mampu memberikan keasikan tersendiri dalam prosesbelajar mengajar guru dan siswa. Mereka menerapkan metode Gasing di sekolahnya, serta seorang akademisi yang fokus meneliti efektivitas metode ini. Mereka berbagi pandangan tentang keunggulan dan tantangan dalam mengimplementasikan metode Gasing, khususnya di tengah kurikulum yang terus berkembang.
Diawal Podcast Fajar menceritakan latar belakang pengenalan metode ini dimulai dari inisiatif Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng. Sebanyak 32 guru mengikuti pelatihan intensif selama 15 hari di bawah bimbingan langsung dari para trainer nasional. Metode ini memperkenalkan cara belajar yang lebih seru, penuh gerakan, dan berfokus pada kolaborasi antar siswa, di mana mereka didorong untuk aktif bergerak dan berkomunikasi.
“Jadi,metode ini telah berhasil mengubah suasana kelas menjadi lebih hidup, para siswa yang biasanya pendiam kini lebih berani tampil, terlibat dalam permainan, dan aktif mengikuti pembelajaran,” ujar Fajar. Salah satu keunggulan Gasing adalah kemampuannya untuk merangsang 8C dalam diri siswa, yakni critical thinking, communication, compassion, dan computational logic. Hal ini membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan karakter secara menyeluruh.
Meskipun Gasing awalnya dikembangkan untuk matematika, metodenya dapat diterapkan pada mata pelajaran lain. Proses pembelajaran dalam metode Gasing dimulai dengan materi yang kongkrit, kemudian abstrak, hingga tahap mencongak atau berpikir cepat. Tahapan-tahapan ini membantu siswa memahami materi secara mendalam.
Disinggung mengenai tantangan dalam penerapan Gasing, Fajar mengakui bahwasannya tantangan itu tentu ada, terutama dalam memperkenalkan metode baru ini ke siswa yang sudah terbiasa dengan cara belajar lama. Namun, dengan antusiasme guru dan siswa, perubahan positif perlahan mulai terlihat. Saat ini, metode Gasing telah diadopsi oleh lebih dari 400 sekolah di Buleleng, mencakup jenjang SD dan SMP, dengan 2000 lebih guru yang ikut terlibat. Keberhasilan metode Gasing di Buleleng ini tidak lepas dari inovasi yang diterapkan oleh para pendidik. “Inovasi sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan berinovasi, kita mampu membawa sesuatu yang baru, dan itu penting untuk menjaga semangat belajar siswa,” imbuhnya.
Sementara itu, Ashadi Putra juga berbendapat bahwa Program Internasional Gasing Assessment yang diterapkan di Kabupaten Buleleng mendapat sambutan luar biasa dari berbagai kalangan. Program ini tidak hanya menunjukkan keberhasilan metode Gasing dalam pendidikan, tetapi juga mendapat apresiasi dari pemerintah. Buleleng kini menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan dan menyebarkan metode ini ke seluruh kecamatan, bahkan hingga ke sekolah-sekolah di pelosok.
Di beberapa daerah, penerapan Gasing sering kali berhenti pada tahap awal tanpa disebarkan lebih luas. Namun, berbeda dengan Buleleng, yang secara serius mengimplementasikan metode ini hingga ke tingkat kecamatan melalui program pelatihan berkelanjutan. “Di Buleleng, sing main-main. Di sini kita serius, program ini menyentuh semua kecamatan,” tegas Ashadi Putra
Respon positif juga datang dari para orang tua. Salah satu contohnya terjadi di SD III Banjar Jawa Buleleng, di mana para murid mengikuti pelatihan Gasing dari pagi hingga sore hari. Banyak orang tua yang heran ketika anak-anak mereka tak kunjung pulang, bahkan ada yang enggan pulang karena masih ingin belajar dengan metode ini. “Anak saya jengkrak-jengkrak aja di sekolah, tapi malah senang, nggak mau pulang. Ini luar biasa, saya senang melihat anak saya antusias belajar,”tuturnya.
Banyak juga orang tua yang terkejut melihat perubahan pada anak mereka yang biasanya tidak begitu tertarik belajar. Dukungan dari orang tua dan komunitas ini menjadi salah satu kunci suksesnya program Gasing di Buleleng. Mereka tidak hanya melihat peningkatan pada hasil akademik anak-anak, tetapi juga pada semangat dan kebahagiaan mereka dalam belajar.
Hal ini menumbuhkan kepercayaan bahwa metode ini mampu membawa perubahan positif dalam dunia pendidikan. Bagi para guru yang merasa ragu atau terbatas oleh sumber daya untuk berinovasi, pesan dari para penggerak Gasing di Buleleng sangat jelas, “Inovasi berawal dari komitmen dan keyakinan diri. Jadilah versi terbaik diri kita, dan ajarlah dengan hati. Ketika kita mengajar dengan cinta, hasilnya pun akan luar biasa,” Imbuhnya.
Gasing di Buleleng telah menjadi simbol inovasi pendidikan yang melibatkan semua pihak, dari guru, siswa, hingga orang tua. Dukungan dari pemerintah Kabupaten Buleleng dan masyarakat juga sangat diharapkan agar metode ini terus berkembang. “Harapannya, Buleleng bisa menjadi rumah pendidikan yang utuh, dengan Gasing sebagai salah satu inovasi yang membangkitkan semangat belajar anak-anak kita,” tutup Ashadi Putra. (*)