Singaraja, koranbuleleng.com| Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja menggerakkan tim dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) untuk mendampingi ratusan siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng yang belum mampu membaca. Tim ini terdiri dari dosen dan mahasiswa yang akan terjun langsung ke sekolah-sekolah sebagai bentuk intervensi klinis dalam program percepatan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (Calistung).
Dekan FIP Undiksha, I Wayan Widiana menjelaskan, tim pendamping ini dirancang dengan skema khusus. Para dosen bertindak sebagai pendamping ahli, sedangkan mahasiswa akan menjadi pendamping lapang yang berada di garis depan mendampingi siswa. Sebelum diterjunkan, Undiksha akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng guna menyusun skema pendampingan yang tepat sasaran.

“Jadi setelah berkoordinasi dan disetujui maka akan ada satu dosen sekaligus lima sampai tujuh mahasiswa yang ditugaskan di setiap sekolah yang membutuhkan,” ujar Widiana, Minggu, 20 April 2025.
Menurut Widiana, tim yang diterjunkan memiliki misi utama untuk mengakselerasi peningkatan literasi dasar siswa. Setiap mahasiswa akan mendampingi satu hingga tiga siswa dalam satuan waktu enam bulan pendampingan. Jika kebutuhan di sekolah lebih tinggi, Undiksha siap mengirimkan tambahan personel.
“Kita akan cek sesuai dengan kebutuhan sekolah jika memerlukan lebih banyak lagi, maka kita akan coba siapkan. Proses diawal untuk pendampingan akan dilakukan dengan model intervensi klinis selama enam bulan. Targetnya tentu percepatan peningkatan kemampuan siswa dalam Calistung,” kata dia.
Widiana menambahkan, tim ini telah dibekali pendekatan khusus dalam menangani gangguan belajar, termasuk disleksia, yang menjadi salah satu penyebab utama keterlambatan membaca di kalangan siswa. “Ada cara khusus menangani disleksia dan itu sudah termasuk dalam pendampingan yang akan dilakukan tim kami,” kata dia.

Upaya Undiksha ini menjadi respon konkret terhadap data mengejutkan yang dirilis Disdikpora Buleleng. Tercatat, sebanyak 363 siswa SMP kelas VII hingga IX mengalami kesulitan membaca. Dari jumlah itu, 155 siswa tergolong Tidak Bisa Membaca (TMB), sementara 208 lainnya dikategorikan Tidak Lancar Membaca (TLM).
Fakta ini mencuatkan tanda bahaya serius terhadap kualitas pendidikan dasar di Buleleng. Lebih jauh, situasi ini sekaligus menggugah kesadaran publik terhadap tantangan besar di balik label “Kota Pendidikan” yang selama ini disandang Buleleng.(*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada