Singaraja, koranbuleleng.com | Wajah Nyoman Redika berseri siang itu. Terik matahari tak menyurutkan langkahnya untuk terus mengendarai sepeda motor Supra di tengah-tengah barisan pejabat yang sedang meninjau proyek jalan. Pria berusia 69 tahun itu melaju dengan hati ringan karena jalan yang biasa ia lalui ke kebun akhirnya diperlebar dan diperbaiki.
Kegembiraannya tak datang tanpa alasan. Jalan yang selama ini menjadi urat nadi perjalanannya menuju kebun di Banjar Dinas Seganti, Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, kini sedang ditata dalam program TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-124.

Beberapa kali Redika menunjuk jalan berbatu itu, sambil menggambarkan betapa sempit dan terjalnya jalur tersebut sebelumnya. “Dulu ini kecil jalannya, cuma dua meter. Hanya bisa dilalui motor. Saya sering lewat jalan ini, untuk ke kebun dan ke desa lain,” ujarnya.
Jalan penghubung antara Desa Depeha dan Desa Bukti ini sebenarnya menjadi akses tercepat ke kota maupun ke jalan raya besar. Namun karena kontur jalan yang curam, warga selama ini memilih jalur memutar yang lebih landai demi keselamatan. Kini, dengan permukaan jalan yang sudah tidak lagi menukik ekstrem, Redika merasa lebih aman untuk bepergian.
“Saya asli warga di sini. Saya sangat senang, jalan ini paling cepat menuju ke kota daripada ke sana. Ini juga akses tercepat menuju Desa Bukti,” kata dia.
Hal serupa diungkapkan I Nyoman Budayasa, warga yang rumahnya berada di tengah jalur tersebut. Ia mengenang bahwa jalan ini dibangun secara gotong royong sejak tahun 2000-an. Saat itu, jalur hanya cukup dilalui satu sepeda motor, sebagai akses utama warga untuk membawa hasil pertanian keluar desa.

Namun, karena kondisi yang sempit dan bertebing, jalur ini jarang dipilih. Bahkan banyak pendatang atau pengendara luar desa yang tersesat. “Jalan pemotong paling dekat disini. Paling dekat menuju jalan raya besar. Mungkin kalau sudah jadi, lebih banyak yang lewat di sini. Lebih bagus kayaknya ini, lebih dekat bawa hasil pertanian,” ujar Budayasa.
Ia menambahkan, perempuan yang tersesat sering kali menangis karena tak mampu melewati medan yang ekstrim. Rumahnya menjadi titik perhentian darurat karena letaknya berada di tengah jalur yang sepi.
Kepala Dusun Seganti, Gede Tunjung Sutra Adnyana, membenarkan bahwa jalan ini penting tak hanya untuk sektor pertanian, tapi juga kegiatan keagamaan. Masyarakat Desa Depeha kerap melintas untuk persembahyangan di Pura Sang Jero yang berlokasi di Desa Bukti.
“Paling mendesak jalan. Karena di bawah masih banyak warga kami. Dulunya jalan kaki susah. Karena medan. Di bawah pakai motor susah,” kata dia.
Dalam TMMD ke-124, TNI bersama warga membuka dan merabat beton jalan sepanjang 1.255 meter dari Banjar Seganti menuju Desa Bukti. Jalan sempit itu kini dilebarkan menjadi 6 meter dengan rabatan beton selebar 4 meter. Jalan ini diprioritaskan karena menunjang distribusi komoditas mangga, yang menjadi andalan ekonomi Desa Depeha.
“Dengan pembuatan jalan yang menghubungkan satu desa dengan yang lain, akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Harapannya sentra produksi mangga bisa mengalir ke tempat yang diharapkan, sehingga ekonomi masyarakat bisa tewujud,” ujar Danrem 163/Wira Satya, Brigjen TNI Ida I Dewa Agung Hadisaputra.
Sebanyak 200 prajurit TNI diterjunkan dalam TMMD ke-124. Mereka bahu membahu bersama unsur kepolisian, pemerintah daerah, serta masyarakat, menggarap pembangunan fisik dan non-fisik. Selain jalan, TMMD juga membangun senderan, gorong-gorong, bak reservoir, MCK, pipanisasi 2 kilometer, bedah rumah hingga penanaman 300 pohon mangga.
Tak hanya itu, TMMD juga menyasar kegiatan non-fisik seperti penyuluhan bela negara, hukum, narkoba, kebencanaan, peternakan, hingga keluarga berencana.
“Justru ini TNI Manunggal, tujuan utamanya memanunggalkan TNI dan rakyat. Seperti halnya Wirasatya peduli rakyat, peduli dengan air dan perumahan,” kata Hadisaputra.(*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada