Singaraja, koranbuleleng.com |Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng, tampil beda dalam menggerakkan kesadaran lingkungan. Masyarakat dan pemerintah desa di sana menawarkan cara unik kepada wisatawan, mengadopsi pohon di hutan desa sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap konservasi alam.
Langkah ini bukan sekadar simbolik. Setiap pohon yang diadopsi akan dilengkapi barcode yang memuat profil mengadopsinya, sehingga siapa pun yang melintas akan tahu siapa yang turut menjaga alam di jantung Bali Utara ini.

Program adopsi pohon ini dikenalkan langsung kepada 80 delegasi ASEAN-China yang datang ke Wanagiri dalam rangkaian kunjungan United Nations Development Programme (UNDP), Selasa, 20 Mei 2025. Para delegasi disuguhi potensi sosial dan ekologis desa, termasuk pengelolaan hutan melalui skema perhutanan sosial yang sudah berjalan sejak 2016.
“Dulunya sebelum ada SK LPHD dari 2016 ini tidak ada apapun, jadi kita dengan LPHD dan KTH sedikit demi sedikit menghilangkan semak, ditanami kopi, dan tumbuhan lain. Sekarang tanaman yang kita tanam itu, juga mulai berbuah,” ujar Perbekel Wanagiri, Made Suparanton.
Hutan seluas 250 hektar itu dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) dan dibagi dalam tiga kelompok tani hutan (KTH). Tiap tahun, berbagai tanaman ditanam dan dirawat. Kini, hasilnya mulai bisa dinikmati, tanpa harus mengorbankan keberlanjutan.
Bukan hanya itu, desa juga menghidupkan inovasi lewat skema adopsi pohon. Wisatawan yang tertarik dapat ‘memiliki’ satu pohon selama dua tahun. Setelah masa adopsi berakhir, pohon tetap dijaga dan terus tumbuh sebagai warisan hijau, lengkap dengan sejarah singkat siapa yang pernah menjaganya.

Program ini bukan kali pertama dilakukan. Tahun lalu, sebanyak 40 wisatawan asal Eropa mengadopsi pohon-pohon jenis Lenggung di area seluas 50 are. Nilai adopsinya bervariasi, tergantung niat dan kemampuan masing-masing wisatawan.
“Adopsi tergantung niat dari tamu. Tahun lalu ada yang adopsi sampai 10 juta. Nanti setelah 2 tahun akan dilaporkan kepada yang mengadopsi, bahwa masa adopsi telah selesai. Tapi pohon itu tidak kami tebang. Kita buat catatan sejarah, bahwa ini pernah diadopsi. Sekarang yang datang di sini jumlahnya 80 orang, dari delegasi ASEAN-China,” kata Suparanton.
Dana yang terkumpul dari adopsi ini digunakan sepenuhnya untuk mengembangkan pariwisata desa yang berbasis alam. Wisata alam Wanagiri kini jadi destinasi populer, bahkan mampu menarik hingga 1.000 wisatawan asing per tahun.
Komitmen menjaga alam tak hanya datang dari pemerintah desa. Donatur lokal seperti Jero Kadek Suardika juga ambil bagian, meski tanpa timbal balik langsung. “Apalagi berbicara Bali, kita selalu berbicara retorika tri hita karana, namun prakteknya belum maksimal. Sebaliknya ini adalah langkah kecil untuk ikut menjaga. Satu sisi warga lokal bisa dapat pendapatan, tapi mereka wajib menjaga alam,” ujarnya.(*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada