Singaraja, koranbuleleng.com | Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 Kabupaten Buleleng berlangsung meriah dengan ragam pagelaran. PKB yang mengambil tema “Teja Dharmaning Kauripan” dirangkai dengan Buleleng Expo ke-2 dibuka langsung oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana di bekas Pelabuhan Buleleng, Kamis 17 Mei 2018.
Pagelaran dihari pertama memukau penonton luas. Beberapa pementasan di hari pertama seperti Tari Kebyar Kreasi, Tabuh Papanggulan, Tabuh Pat Lelambatan, Tari Legong Pengeleb dan Sendratari Karna Antaka. Pagelaran pamungkas, Sendratari Karna Antaka yang dipersembahkan oleh Sanggar Seni Manik Uttara, Singaraja digarap cukup apik.
Sendratari Karna Antaka yang mengambil cerita dari epos Mahabharata mengungkap tentang peperangan yang terjadi antara Sang Karna dan Arjuna. Karna yang tak lagi memiliki senjata ampuh untuk melawan musuhnya dalam perang Bharata Yuda tewas ditangan Arjuna.
Karna hanya memiliki keberanian sebagai senjata dalam peperangan. Saat perang terjadi, Kereta Karna terjerambab ke lubang dan Karna tidak bisa berbuat banyak. Kala itulah, Karna tewas ditangan Arjuna ketika melepaskan anak panahnya ke arah leher Karna. Takdir menentukan, bahwa Karna tewas diujung senjata saudaranya, Arjuna.
Garapan Apik sendratari Karna Antaka ini membuktikan bahwa dunia kesenian tradisional di Bali utara punya gengsi tersendiri dibandingkan dengan daerah lain. Bali utara mampu menyuguhkan kesenian-keseniaan yang sangat atraktif, berkualitas dengan kreatifitas khas balutan dari Buleleng.
Kabid Kesenian Dinas Kebuudayaan Kabupaten Buleleng, Wayan Sujana mengatakan generasi seniman tari maupun karawitan di Buleleng saat ini sangat optimis untuk mengembangkan berbagai kreatifitasnya. Jaman telah menentukan berbagai referensi bagi para seniman untuk berbuat lebih baik dan lebih kreatif.
“Seniman muda sekarang penuh talenta, cara berfikir dan mengemas sebuah hasil karya seni dengan sangat komplek dan tidak monoton. Tad kita lihat, bagaimana sendratari mampu membuat penonton tetap duduk ditempatnya, biasanya jarang seperti itu, tetapi karena garapannya cukup apik maka penonton tua dan muda tetap bersemangat untukmengikuti kisah ceritanta sampai akhir,” terang Sujana.
Sujana mengatakan PKB ke-40 ni memang memberikan kesempatan dan warna tersendiri bagi para seniman muda untuk berkreasi. Bukan itu saja, sejumlah kesenian khas Buleleng akan dibawa dan dipentaskan ke PKB Bali ke-40 di Taman Budaya Denpasar.
Nanti, PKB Bali, Buleleng juga akan mengirim duta dari Desa Pegayaman, yang mempunyai kelompok seni Hardah dan Burdah. Ini sebagai bentuk loyalitas Pemkab Buleleng terhadap dunia kesenian yang ada di Buleleng. Seka Hardah di Desa Pegayaman merupakan cermin akulturasi budaya yang ada di Buleleng, di daerah lain belum tentu mempunyai hal seperti itu.
“Nanti di PKB Bali kita tampilkan kesenian Hardah dari Desa Pegayaman. Sebagain dari kesenian ini juga ada warna akulturias budaya Bali dan islam. PAkaian pentasnya menggunakan destar atau udeng, itu memang dari dulu ada bukan dibuat karena ikut PKB, tapi dari dulu seperti itu,” tambah Sujana.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana juga menyambut positif pagelaran PKB Buleleng tahun ini. Kedepan, pemerintah telah menyiapkan tempat pementasan yang lebih refresentatif baik bag kesneian modern ataupun tradisional.
“Nanti, Panggung di Taman Bung Karno juga bisa digunakan untuk pementasan PKB> Mudah-mudahan ini menjad vibrasi baik untuk kesenian di Buleleng,” ujarnya. |NP|