Singaraja, koranbuleleng.com | Peringatan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) XVI yang diintegrasikan dengan HAri Kesatuan Gerak PKK – KKBPK – KES ke 47 dan Karya Bakti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) tahun 2019 Tingkat Kabupaten Buleleng yang dipusatkan di Wantilan Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Jumat 24 Mei 2019.
Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST saat menghadiri agenda ini berpesan agar seluruh masyarakat Buleleng untuk tetap harmonis, rukun dan selalu bekerjasama serta bergotong royong. Dengan kerjasama dan mengambil partisipasi sesuai dengan keahlian serta berbagi tugas, semua akan menjadi gampang dikerjakan.
Bupati Agus Suradnyana menjelaskan ketika masyarakat maupun pemerintah mampu berbagi tugas dan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing disertai dengan niat yang tulus untuk kemajuan, semua akan menjadi gampang dikerjakan.
Kerusuhan yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh kekurang harmonisan antar masyarakat. Dengan kerjasama, masyarakat bisa menghindari kekurang harmonisan tersebut. “Semua akan berjalan dengan mudah kalau kita bisa hidup rukun dan harmonis,” jelasnya.
Pemerintah Provinsi Bali saat ini telah telah mencanangkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Dalam visi tersebut, Umat Hindu sebagai produk Bali diwajibkan untuk menjaga kesucian dan keharmonisan jagat Bali untuk mewujudkan kehidupan krama serta gumi Bali yang bahagia dan sejahtera.
Artinya, bagaimana pemerintah dan masyarakat melihat apa yang ada di desa serta sekitarnya untuk dilestarikan bersama-sama. “Untuk itulah, visi tersebut dicanangkan oleh Gubernur Bali, Wayan Koster,” ujar Agus Suradnyana.
Mengenai gotong royong, Agus Suradnyana menyebut ketika landasan gotong royong bisa diimplementasikan di seluruh sendi-sendi kehidupan, semua akan berjalan lancar. Saat Nangun Sat Kerthi Loka Bali dicanangkan, yang ada dalam benak masyarakat adalah bisa bersama-sama melakukan pelestarian, menjaga kesucian dan keharmonisan.
“Artinya seluruh komponen masyarakat baik itu LPM, BPD, desa adat dan desa dinas semuanya harus bahu membahu membangun desa,” sebutnya.
Agus juga berpesan hajatan demokrasi selanjutnya yang sudah semakin dekat yaitu pemilihan perbekel (pilkel), merupakan momentum yang tepat untuk bisa merefleksikan diri sendiri seberapa besar kedewasaan masyarakat kalau calonnya mengalami kekalahan.
Seberapa besar masyarakat bisa memberikan penghargaan dan kesempatan kepada yang menang. Hal ini menjadi sangat penting bagi masyarakat maupun pemerintah. “Jangan sampai yang kalah membuat onar di desa itu sehingga desa tersebut tidak akan berjalan dengan baik,” tutup Agus Suradnyana. |R|