Singaraja, koranbuleleng.com | Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) kembali “melahirkan” dua doktor. Yakni I Putu Mas Dewantara dan M. Mugni Assapari. Keduanya yang mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa melaksanakan ujian terbuka, Selasa 28 Mei 2019.
Promovendus, Mas Dewantara mengangkat disertasi “Pengembangan Perangkat Pembelajaran MPK Bahasa Indonesia Berorientasi Sikap Bahasa di Universitas Pendidikan Ganesha”.
Secara singkat dijelaskan dengan perangkat itu mahasiswa Undiksha tidak hanya unggul dalam penguasaan bidang masing-masing, tetapi juga memiliki kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi. Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh persoalan global akan rendahnya sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. “Sekarang banyak ditemukan kesalahan berbahasa. Ada juga kesan bahwa Bahasa Indonesia itu, yang penting maksudnya tersampaikan. Jadi ada hal-hal lain yang dikorbankan. Oleh karenanya perangkat ini ditujukan untuk mengatasi masalah itu,” sebutnya.
Perangkat pembelajaran ini, sambungnya cukup valid, praktis dan efektif. Oleh karena itu dapat disarankankan kepada dosen MPK Bahasa Indonesia untuk menggunakan dalam pembelajaran. Tak dimungkiri, untuk mendapatkan sebuah disertasi sesuai harapan, terdapat sejumlah kendala. Namun demikian itu dijadikan sebuah tantangan. “Penelitian dua tahun. Dalam perjalan memang ada kendala. Tetapi itu saya anggap sebagai tantangan,” imbuhnya. Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha ini mendapat predikat sangat memuaskan dengan IPK 3,82.
Sementara itu, Promovendus, Mugni Assapari mengangkat disertasi “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mata Kuliah Umum Bahasa Inggris I Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Mahasiswa Universitas Islam Negeri Mataram”. Penelitiannya dilakukan dengan mengambil objek pariwisata yang ada di Pulau Lombok, yang merupakan tanah kelahirannya. “Di Pulau Lombok marak destinasi pariwisata. Penelitiannya tentang semua budaya destinasi yang ada di Lombok,” jelasnya. Butuh waktu sekitar 1,5 tahun untuk menyelesaikan disertasinya itu. “Saya harus membuat empat perangkat. Yang paling lama saya bikin itu bukunya. Ada lima belas buku. Satu itu memiliki enam materi,” terangnya. Pria kelahiran 17 September 1983 ini mendapat predikan kelulusan Sangat Memuaskan dengan IPK 3,66. Tidak dengan predikat Pujian karena masa studinya melampui enam semester.
Direktur Pascasarjana Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd.,mengharapkan dengan menyandang gelar doktor, dua doktor tersebut tetap mengembangkan kualitas diri maupun bisa semakin berkontribusi dalam pengembangan pendidikan di Indoensia, khususnya dalam bidang bahasa. “Tentu kami mengharapkan karya yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan pendidikan, khususnya dalam bahasa,” ucapnya. Sebagai informasi, ujian terbuka ini menambah daftar doktor yang dilahirkan Pascasarjana Undiksha menjadi 17 orang. |R/NP|