Singaraja, koranbuleleng.com | Desa Pangkungparuk di Kecamatan Seririt kembali diresahkan dnegan kondisi tersulit, krisis air. Padahal, tahun 2017 lalu, krisis air di desa ini diklaim telah selesai setelah mendapatkan bantuan dari Pemerintah untuk distribusi pengairan air bersih yang dikelola oleh PAM Desa Pangkung Paruk.
Namun, musim kering di tahun ini kembali ekstrim, warga berkicau di sosial media karena krisis air bersih ini. Kicauan warga di sosial media ini mendapat tanggapan langsung dari Pemkab Buleleng.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kabupaten Buleleng mengirimkan armada tangki air bersih untuk mensuplai sejumlah bak penampungan air bersih yang kosong tanpa terisi air, Rabu 23 Oktober 2019. Nanti warga yang akan mengambil air secara antre di bak penampungan air tersebut.
Kepala Dinas PUPR Buleleng, Ketut Suparta Wijaya bahkan langsung mengecek kondisi ke Desa Pang Paruk. BAgi Suparta Wijaya, menjadi aneh bila krisis air di Desa Pangkung Paruk sebenarnya telah selesai di tahun 2017 lalu. Disitu ia mendapat penjelasan dari Perbekel Desa Pangkung Paruk, Ketut Sudiarsana.
Sudiarsana mengakui, tahun ini krisis air bersih dialami warga di beberapa lokasi, terutama di lokasi ketinggian. Penyebabnya ada dua, pertama debit air yang turun di sumber mata air kerena musim kemarau. Kedua, ada oknum warga yang nakal mensabotase air bersih dari sumber air lalu dialirkan ke masing-maing lahan perkebunan milik warga untuk pengairan kebunnya sendiri.
“Kami menemukan ada sekitar 8 pipa, masing-masing pipa berukuran 2 dim yang dipasang oleh oknum warga. Air ini digunakan untuk menyiram lahan perkebunan,” terang Sudiarsana dihadapan Kadis PUPR Buleleng, Suparta Wijaya.
Sebenarnya, kata Sudiarsana, walaupun masih kemarau, tetapi beberapa warga masih teraliri air bersih yang dikelola oleh PAM Desa. “Tetapi memang tidak maksimal, kalau seperti ini kondisinya, warga kami memang tidak mau membayar retribusi air,” kata Sudiarsana.
Sudiarasana mengaku, PAM Desa Pangung Paruk menjual air senilai Rp700/meter kubik. Jadi masih sangat murah. Namun, dengan harga air yang murah itu juga berdampak pada sisi pengelolaan air bersih yang belum maksimal.
“Operasionalnya cukup besar,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Buleleng Suparta Wijaya menegaskan bahwa pemerintah telah menyelesaikan persoalan air di Desa Pangkung Paruk di tahun 2017 lalu.
“Sebenarnya disini sudah selesai, tetapi dari keterangan kepala desa ternyata ada masalah pencurian air, jadi itu masalah internal di desa saja, siahkan diselesaikan,” katanya.
Suparta Wijaya mengatakan tahun 2020 semua permasalahan air di Buleleng barat bisa teratasi dengan beroperasionalnya SPAM Bendungan titab Ularan.
SPAM Bendungan Titab Ularan itu akan mengaliri sekitar 43 desa hingga ke wilayah Kabupaten Jembrana.
“Dinas PUPR menyiapkan infrastruktr periaran mulaid ari sumur bor, pipanisasi, reservoir dan jaringan distribusi.” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana, mengirimkan 15000 liter air bersih untuk mengatasi kebutuhan masyarakat setempat. “Kami mendapat informasi di Facebook, kemudian langsung kami konfirmasi ke Camat Seririt” ujar Suadnyana.
Pengiriman air menggunakan armada mobil tangki milik Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bali dan mobil tangki Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Buleleng.
Sebanyak 15000 liter air dikucurkan di tiga Dusun yang ada di Desa Pangkung Paruk yaitu Dusun Pangkung Paruk, Dusun Laba Amerta dan Dusun Laba Nangga, dengan demikian masing-masing dusun mendapat 5000 liter air.
BPBD akan terus melakukan koordinasi lagi dengan pihak kecamatan dan desa setempat sehingga bisa memberikan suplai air terhadap masyarakat sekitar utamanya untuk dusun yang paling membutuhkan. “Kami akan lakukan penyuplaian air setiap hari bagi dusun yang paling fatal,” jelasnya.
Suadnyana menambahkan, suplai air yang diberikan kepada warga Desa Pangkung Paruk merupakan bantuan dari PDAM Buleleng yang notabene airnya bisa langsung diminum. Air tersebut akan ditampung pada bak air atau profil tangki di desa tersebut, dengan demikian dapat mengurangi tercecernya air saat pengambilan dari mobil tangki kepada warga.
“Seperti pengalaman sebelumnya, masyarakat mengambil air dengan ember, hampir 10 persen air jatuh ketanah,” tambahnya.
Dengan adanya suplai air bersih yang dikucurkan kepada masyarakat, diharapkan Suadnyana air tersebut digunakan dengan sebaik-baiknya, dan bagi aparat desa agar senantiasa menyampaikan keluhan warganya melalui kecamatan atau langsung ke BPBD Buleleng, sehingga BPBD Buleleng bisa dengan cepat menanganinya. “Jika ada desa yang kekeringan mohon segera informasikan kepada kami,” tegasnya. |NP|