Singaraja, koranbuleleng.com | Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng menggelar parade pemainan tradisional khas Buleleng, ditengah agenda car free day, Minggu 1 Desember 2019. Parade permainan tradisional ini dikenalkan kepada khalayak milenial yang terancam semakin kurang tahu keberadaan perminan-permainan tradisional dari masa lalu.
Sejumlah permainan tradisional dari mas lalu bahkan tak ada lagi yang memainkan. Kini, yang ada dan diketahui, harus tetap dimainkan.
Permainan tradisional saat ini tergerus oleh perkembangan jaman karena bom digitalisasi. Internet memberikan dampak bahwa pergaulan anak-anak jaman milenial justru melangkah cukup jauh hingga mengancam keberadaan permainan tradisional warisan leluhur.
Beberapa permainan tradisional yang dimainkan dalam parade permainan trdisional ini, diantaranya Megoak-goakan asal Desa Panji. Permainan ini adalah warisan dari orang tua dimasa lalu untuk mengenang kejayaan prajurit goak besutan Ki Barak Panji Sakti. Pasukan goak ini menjadi pasukan tempur dalam menggempur bumi Blambangan, yang kini dikenal sebagai wilayah Banyuwangi.
Permainan lain diantaranya, megangsing atau gangsing. Gangsing adalah salah satu benda tradisional yang dibuat untuk bisa dimainkan dengan memutar. Caranya, seorang pemain harus memutar gangsing khas Buleleng ini dengan seutas tali. Ukuran gangsing juga berbeda-beda,umumnya ukurannya ada yang besar dan kecil. Namun, gangsing yang dimainkan di Buleleng bisanya berukuran besar.
Gangsing di Buleleng lebih cenderung sebagai satu bagian budaya pertanian. Karena secara tradisi, permainan gangsing di masa lalu hingga kini biasanya digelar setelah masyarakat petani melakukan panen raya.
Di wilayah-wilayah pertanian di Buleleng, seperti wilayah Desa Catur Desa tediri dari desa adat Munduk, Desa Adat Gesing, Gobleg dan Umejero memainkan tradisi gangsing hingga kini. Gangsng tak tergerus jaman di wilayah ini.
Desa lain juga diantaranya Desa Bengkel, Desa Pelapuan di Kecamatan Busungbiu. Ada juga Desa Pedawa di Kecamatan Banjar juga masih melestarikan permainan gangsing ini.
Ada juga permainan lain yang ikut dalam parade, diantaranya Mejaran-jaranan yang diikuti sejumlah anak muda dari Banyuning, Sanggar Manik Uttara dan permainan Metempeng Gandong dari Desa Banyuning.
Kepala Dinas Kebudayaan Drs. Gede Komang, M.Si mengatakan kegiatan ini terselengara agar generasi muda lebih mengenal permainan tradisional di daerahnya serta menambah wawasan dan pengetahuan yang luas bagi generasi muda khusus untuk seni budaya di daerah masing-masing.
Kegiatan-kegiatan seperti ini juga dapat membentuk karakter generasi muda sehingga dapat Menumbuhkan nilai kebersamaan, kejujuran, toleransi, sportivitas, tanggung jawab serta kedisiplinan .
“Melalui kegiatan yang terselenggara sekarang ini, nanti kita akan kembangkan lagi di sekolah agar setiap hari jumat ada kegiatan khusus untuk permainan-permainan tradisional seperti ini” ujarnya
Lebih lanjut Gede Komang menjelaskan untuk ditahun 2019 Buleleng sudah pernah mewakilii Bali dalam ajang pekan kesenian nasional. Dalam ajang ini Desa Gobleg mendapat kesempatan mewakili Bali dalam permainan tradisional yaitu Megangsing.
“kami harapkan melalui kegiatan ini kedepanya kita ciptakan bibit-bibit baru untuk bisa mengikuti banyak jenis parade di pesta kesenian nasional tidak hanya Gangsing saja.” Imbuhnya
Sementara itu Asisten Deputi bidang Nilai dan Kreativitas Budaya Kemenko PMK, R. Alfredo Sani F menjelaskan sangat mendukung setiap daerah untuk memajukan budaya melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan sesuai dengan karakter budaya khas daerah masing-masing. Parade gema budaya seperti yang digelar Dinas Kebudayaan Buleleng akan memberikan dorongan kepada daerah lain untuk lebih giat lagi memajukan seni di daerah masing-masing.
“Dengan pertunjukan-pertunjukan seperti ini akan memberikan informasi kepada generasi muda ataupun masyarakat kalau kita punya seni yang melimpah” ujarnya. |ET|
