Bagi para penyandang disabilitas, penggunaan kursi roda terkadang membatasi mereka untuk bergerak leluasa terutama saat di luar rumah. Namun tidak demikian dengan Putu Sudarsana.
Pria ini berhasil merubah kursi roda manual menjadi kursi roda elektrik roda tiga.
Singaraja, koranbuleleng.com | Bulan Januari 2020 memang menjadi awal tahun yang menyenangkan bagi Putu Sudarsana. Pria difable ini duduk di atas kursi roda miliknya Kamis, 16 Januari 2020, sore hari sekitar pukul 18.22 wita. Namun kursi roda miliknya sedikit berbeda. Ada satu roda tambahan di posisi bagian depan. Ya jumlah rodanya menjadi tiga buah. Dibagian depan juga nampak sebuah stang sepeda. Kedua tanggannya pun berpegangan pada stang itu.
Ternyata, kursi roda bantuan dari Dinas Sosial Kabupaten Buleleng itu telah ia modifikasi menjadi roda tiga. Namun yang menarik, adalah tertempelnya sebuah mesin pada bagian depan, tepat berada di bawah stang tersebut. Ada sebuah kontroler motor, dua buah accu dengan kekuatan masing-masing 12 volt, dan kemudian dibagian bawah terdapat sebuah dynamo dengan kekuatan listrik 24 volt.
Ternyata, kursi roda miliknya telah dimodifikasi menjadi elektrik. Beny, begitu Ia akrab dipanggil, kini sudah tidak perlu lagi menggunakan dua tangannya untuk mendorong kursi rodanya.
Jalan Tri Brata Singaraja, lintasan jalan tempat tinggalnya menjadi saksi kebahagiaan dari Putu Sudarsana. Dari depan rumahnya, secara perlahan Putra Sulung dari empat bersaudara ini menarik tuas gas pada stang, kursi roda elektrik itu pun kemudian melaju. Ia menyusuri jalanan sekitar 150 meter ke arah barat. Kemudian berhenti di depan pematang sawah yang baru saja usai dibajak oleh petani.
Beny menghela nafas, mungkin merasa deg-degan karena memang kursi roda elektrik itu baru pertama kalinya Ia gunakan. Namun, dari wajahnya terlihat sumringah, tentu karena rasa bahagia.
Jelas saja, karena memiliki kursi roda elektrik memang menjadi mimpinya. Walaupun bukan kursi roda elektrik dengan harga jutaan atau belasan juta rupiah, namun setidaknya, Beny kini mewujudkan mimpinya dengan kursi roda elektrik hasil kreativitasnya.
Keinginannya itu bermula saat Ia menonton aktivitas penyandang disabilitas tuna daksa pada Youtube. Dalam sebuah tayangan, Beny melihat bagaimana kaum difable seperti dirinya tetap bisa beraktivitas dan bergaul tanpa harus meminta bantuan orang lain untuk mendorong kursi roda. Dari sanalah Ia kemudian memiliki keinginan untuk memiliki kursi roda elektrik.
“Sebenarnya lebih kepada tidak ingin merepotkan orang lain. Selama ini kalau mau kemana-mana biasanya diantar adik, atau sepupu, ya walaupun memang disekitar sini-sini saja,” tuturnya.
Pria kelahiran 13 Juni 1975 ini kemudian mencoba mencari segala perlengkapan untuk mewujudkan keinginanya itu. Ia mencoba melakukan komunikasi dengan sejumlah teman difablenya di Buleleng, namun tidak membuahkan hasil. Ia tidak menyerah. Ia kemudian mencoba mencari pada media social facebook. Sampai kemudian menemukan salah satu akun yang memang menjual peralatan untuk membuat kursi roda elektrik.
“Ada tiga alat yang saya beli, itu kontroler motor, dynamo dan dua buah accu, harganya Rp2.500.000 barangnya di Jakarta. Itu dikirim lewat jasa kurir sampainya lima hari kemudian,” jelasnya.
Setelah perlengkapan itu tiba, tidak langsung bisa dirakit. Ia juga harus membuatkan rangka tambahan untuk menempatkan satu roda tambahan pada bagian depan, memasang stang sepeda, dan juga memasang mesin elektrik tersebut.
Design rangka tambahannya juga Ia buat sendiri. Beny mengaku harus beberapa kali mencari tukang las, karena tidak paham dengan konsep yang Ia rancang. Setelah rangka terpasang, barulah peralatan elektrik itu dirakit. Accu sebagai sumber energy dihubungkan dengan kabel untuk menghidupkan dynamo. Dari dynamo itu kemudian dihubungkan ke kontroler motor, sehingga kekuatan putaran dynamo bisa diatur melalui tuas gas yang terpasang pada stang. Kemudian antara dynamo dengan roda bagian depan diubungkan dengan rantai sepeda. Jadi, ketika tuas gas ditarik, dynamo dan roda yang sudah terhubung dengan rantai akan berputar. Maka, kursi roda elektrik itupun melaju.
“Memang yang lama proses menyambungkan kabel-kabel ini. Sempat terpasang cuma pas di gas hanya bisa mundur saja, tidak mau maju. Saya komunikasi juga dengan pemilik tempat saya beli, kemudian barulan bisa terpasang dengan benar,” ceritanya.
Kini, dengan keberadaan kursi roda elektrik ini, Putra pasangan Gede Sukarta dan Luh Darmiasih ini menjadi lebih mandiri. Beny merasa tidak akan terlalu sering untuk merepotkan orang lain. Walaupun memang Ia mengaku sudah mandiri sejak lama. Bahkan walaupun dengan keterbatasan fisik, Putu Sudarsana sudah sejak lama hidup mandiri dengan usaha laundry miliknya. Namun tak dipungkiri juga, terkadang Ia memang masih perlu bantuan orang lain.
“Sebenarnya bukan alasan karena keterbatasan fisik, kita menjadi malas atau pasrah. Kalau memang kita ada kemauan dan berusaha, pasti akan ada jalan,” tutupnya. |Rika Mahardika|